Mataram, 12/1 (ANTARA) - Sekitar 300 mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin siang mengamuk di kampusnya hingga merusakkan pot bunga, membakar ban serta membuat gaduh dengan suara bising dari knalpot sepeda motor.
Informasi yang dihimpun di kampus itu menyebutkan aksi mahasiswa kesehatan tersebut merupakan bentuk protes terhadap manajemen fakultas yang menurut mereka telah mengabaikan hak-hak mahasiswa.
Aksi massa itu diawali dengan ajakan sesama mahasiswa kesehatan untuk menciptakan keributan di depan ruang administrasi dan kepegawaian FIK UNW, sehingga jumlah mahasiswa yang terlibat aksi lebih dari 300 orang.
Beberapa mahasiswa sempat mengejar Dekan FIK UNW Wilya Isnaini, SE MM yang terlihat menuju mobilnya kendak kabur dari kampus, namun upaya pengejaran tidak membuahkan hasil.
Meski berhasil lolos dari kejaran mahasiswa, dekan FIK itu akhirnya kembali ke kampus untuk membicarakan masalah tersebut dengan pihak Yayasan Pendidikan Darul Mujahiddin yang menaungi universitas swasta ini.
Para mahasiswa terus berorasi mempersoalkan manajemen fakultas, dan menuntut dekan mengundurkan diri karena dianggap gagal memimpin FIK itu.
Sebagian mahasiswa bersorak-sorak dan melakukan aksi kekerasan seperti menendang beberapa pot bunga dan membakar ban serta mengendarai sepeda motor disertai desingan suara knalpot.
Pada akhirnya Dekan FIK tampil di hadapan ratusan mahasiswa yang sedang marah itu, dan menyatakan siap mengundurkan diri jika dianggap gagal memimpin fakultas ini.
"Saya siap mundur jika dianggap gagal, tetapi tindakan adik-adik seperti ini (mengamuk) hanya merugikan diri sendiri," kata Isnaini.
Menurut Iman Wahyudi yang mengaku sebagai koordinator umum aksi mahasiswa FIK itu, manajemen FIK UNW itu telah mengabaikan hak-hak mahasiswa seperti tidak menyediakan fasilitas belajar yang memadai.
Sarana dan prasarana belajar di bidang kesehatan seperti LSD, komputer dan laptop sangat minim, sehingga sering berebutan dengan mahasiswa program studi lainnya.
FIK UNW terbagi dalam tiga program studi jenjang diploma tiga (D3) yakni kebidanan, keperawatan dan farmasi, dengan total mahasiswa lebih dari 500 orang.
Mahasiswa program studi kebidanan tingkat I dan II masing-masing sebanyak 120 orang, dan tingkat III sebanyak 107 orang.
Kemudian mahasiswa program studi keperawatan juga ada tiga angkatan dan setiap angkatan mencapai 100 orang lebih, sementara mahasiswa program studi farmasi baru dua angkatan dengan total mahasiswa 90 orang lebih.
"Kami bayar SPP dan uang praktek serta uang ujian yang totalnya hampir Rp3 juta per tahun per orang, tetapi fasilitasnya tidak tersedia, sehingga diduga ada penyimpangan keuangan," kata Iman diamini peserta aksi mahasiswa lainnya.
Sebagai contoh, SPP untuk mahasiswa kebidanan sebesar Rp1,650 juta setiap semester dan uang praktek sebesar Rp1,250 setiap tahun serta uang ujian sebesar Rp200 ribu per tahun per orang, sehingga totalnya hampir Rp3 juta per tahun per orang.
Selain fasilitas belajar yang minim, kebijakan manajemen fakultas yang menempatkan para PNS dalam jabatan penting di fakultas itu juga sarat masalah.
"PNS yang menduduki jabatan itu sering di tempat karena sibuk dengan pekerjaan utama sehingga sangat mengganggu kelancaran belajar-mengajar, pak Dekan pun tidak bekerja sebagaimana mestinya," katanya.
Dia juga mengungkapkan bahwa manajemen fakultas enggan membentuk organisasi kemahasiswaan agar pimpinan fakultas lelbih leluasa melakukan penyimpangan keuangan dan penyimpangan di bidang lainnya.
Ketika dikonfirmasi, Dekan FIK Wilya Isnaini enggan berkomentar. Ia lebih memilih mendengar arahan Sekretaris Yayasan Pendidikan Darul Mujahiddin HM Sukri MPH yang menjelaskan permasalahan tersebut kepada wartawan.
Menurut Sukri, pihaknya segera menggelar rapat khusus guna menyelesaikan sorotan mahasiswa FIK itu sesuai ketentuan yang berlaku.
"Kami akan tuntaskan masalah ini, semua pihak terkait akan dihadirkan agar penyelesaiannya terarah," katanya.(*)
Informasi yang dihimpun di kampus itu menyebutkan aksi mahasiswa kesehatan tersebut merupakan bentuk protes terhadap manajemen fakultas yang menurut mereka telah mengabaikan hak-hak mahasiswa.
Aksi massa itu diawali dengan ajakan sesama mahasiswa kesehatan untuk menciptakan keributan di depan ruang administrasi dan kepegawaian FIK UNW, sehingga jumlah mahasiswa yang terlibat aksi lebih dari 300 orang.
Beberapa mahasiswa sempat mengejar Dekan FIK UNW Wilya Isnaini, SE MM yang terlihat menuju mobilnya kendak kabur dari kampus, namun upaya pengejaran tidak membuahkan hasil.
Meski berhasil lolos dari kejaran mahasiswa, dekan FIK itu akhirnya kembali ke kampus untuk membicarakan masalah tersebut dengan pihak Yayasan Pendidikan Darul Mujahiddin yang menaungi universitas swasta ini.
Para mahasiswa terus berorasi mempersoalkan manajemen fakultas, dan menuntut dekan mengundurkan diri karena dianggap gagal memimpin FIK itu.
Sebagian mahasiswa bersorak-sorak dan melakukan aksi kekerasan seperti menendang beberapa pot bunga dan membakar ban serta mengendarai sepeda motor disertai desingan suara knalpot.
Pada akhirnya Dekan FIK tampil di hadapan ratusan mahasiswa yang sedang marah itu, dan menyatakan siap mengundurkan diri jika dianggap gagal memimpin fakultas ini.
"Saya siap mundur jika dianggap gagal, tetapi tindakan adik-adik seperti ini (mengamuk) hanya merugikan diri sendiri," kata Isnaini.
Menurut Iman Wahyudi yang mengaku sebagai koordinator umum aksi mahasiswa FIK itu, manajemen FIK UNW itu telah mengabaikan hak-hak mahasiswa seperti tidak menyediakan fasilitas belajar yang memadai.
Sarana dan prasarana belajar di bidang kesehatan seperti LSD, komputer dan laptop sangat minim, sehingga sering berebutan dengan mahasiswa program studi lainnya.
FIK UNW terbagi dalam tiga program studi jenjang diploma tiga (D3) yakni kebidanan, keperawatan dan farmasi, dengan total mahasiswa lebih dari 500 orang.
Mahasiswa program studi kebidanan tingkat I dan II masing-masing sebanyak 120 orang, dan tingkat III sebanyak 107 orang.
Kemudian mahasiswa program studi keperawatan juga ada tiga angkatan dan setiap angkatan mencapai 100 orang lebih, sementara mahasiswa program studi farmasi baru dua angkatan dengan total mahasiswa 90 orang lebih.
"Kami bayar SPP dan uang praktek serta uang ujian yang totalnya hampir Rp3 juta per tahun per orang, tetapi fasilitasnya tidak tersedia, sehingga diduga ada penyimpangan keuangan," kata Iman diamini peserta aksi mahasiswa lainnya.
Sebagai contoh, SPP untuk mahasiswa kebidanan sebesar Rp1,650 juta setiap semester dan uang praktek sebesar Rp1,250 setiap tahun serta uang ujian sebesar Rp200 ribu per tahun per orang, sehingga totalnya hampir Rp3 juta per tahun per orang.
Selain fasilitas belajar yang minim, kebijakan manajemen fakultas yang menempatkan para PNS dalam jabatan penting di fakultas itu juga sarat masalah.
"PNS yang menduduki jabatan itu sering di tempat karena sibuk dengan pekerjaan utama sehingga sangat mengganggu kelancaran belajar-mengajar, pak Dekan pun tidak bekerja sebagaimana mestinya," katanya.
Dia juga mengungkapkan bahwa manajemen fakultas enggan membentuk organisasi kemahasiswaan agar pimpinan fakultas lelbih leluasa melakukan penyimpangan keuangan dan penyimpangan di bidang lainnya.
Ketika dikonfirmasi, Dekan FIK Wilya Isnaini enggan berkomentar. Ia lebih memilih mendengar arahan Sekretaris Yayasan Pendidikan Darul Mujahiddin HM Sukri MPH yang menjelaskan permasalahan tersebut kepada wartawan.
Menurut Sukri, pihaknya segera menggelar rapat khusus guna menyelesaikan sorotan mahasiswa FIK itu sesuai ketentuan yang berlaku.
"Kami akan tuntaskan masalah ini, semua pihak terkait akan dihadirkan agar penyelesaiannya terarah," katanya.(*)