Mataram (ANTARA) - Tradisi merayakan Maulid Nabi yang digelar selama sebulan penuh oleh sebagian besar penduduk lokal di Nusa Tenggara Barat (NTB) terutama Pulau Lombok menyumbang inflasi bulanan sebanyak 0,22 persen pada September 2025.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin mengatakan komoditas daging ayam ras memiliki andil paling besar terhadap inflasi dengan angka mencapai 0,19 persen.
"Kenaikan harga dipicu hari Maulid yang digelar masyarakat terutama di Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Utara," ujarnya dalam paparan di Kantor BPS NTB, Mataram, Rabu.
Wahyudin menjelaskan tradisi perayaan Maulid Nabi mendorong peningkatan permintaan terhadap komoditas bahan makanan yang memberikan andil besar terhadap laju inflasi di Nusa Tenggara Barat.
Baca juga: Pertamina salurkan tambahan 76 ribu tabung LPG 3 Kg sambut libur Maulid di NTB
Permintaan yang meningkat tersebut tidak hanya terjadi pada daging ayam ras, tetapi juga daging sapi, telur serta buah-buahan seperti pisang, jeruk, anggur, apel, dan salak. Selain itu ada beberapa komoditas lain yang juga menyebabkan inflasi, yakni kenaikan harga emas perhiasan dan kenaikan harga rokok.
Pada September 2025, lima komoditas penyumbang inflasi bulanan adalah daging ayam ras sebesar 0,19 persen, emas perhiasan 0,09 persen, pisang 0,04 persen, cumi-cumi 0,03 persen, dan kol putih atau kubis sebanyak 0,03 persen.
Baca juga: Gubernur Iqbal ajak warga NTB bawa pesan kedamaian peringati Maulid Nabi
Di lain sisi ada lima komoditas yang justru mengalami penurunan harga atau deflasi, sehingga angka inflasi di Nusa Tenggara Barat tidak terlampau tinggi.
Komoditas yang memberikan andil deflasi adalah bawang merah sebesar 0,15 persen, tomat 0,07 persen, ikan layang atau ikan benggol 0,06 persen, angkutan udara 0,04 persen, dan cabai rawit 0,03 persen.
BPS juga mencatat laju inflasi tahun kalender di Nusa Tenggara Barat hanya sebesar 1,57 persen, sedangkan inflasi tahunan telah menyentuh angka 2,69 persen per September 2025.
"Kita masih punya waktu untuk mengendalikan inflasi sampai bulan Desember 2025. Semoga inflasi masih dalam rentang yang diharapkan antara 1,5 persen sampai 3,5 persen," pungkas Wahyudin.
Baca juga: BPS: Pisang jadi penyumbang inflasi di NTB