Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc mengatakan, terjadi komodifikasi yang masif selama bulan Ramadhan oleh televisi komersial, khususnya yang siaran secara nasional.
"Televisi komersial menggunakan bulan suci Ramadhan sebagai momentum memperoleh iklan atas nama kesemarakan ritual puasa," katanya saat menyampaikan hasil observasi UII terhadap berbagai tayangan televisi selama 14 hari awal bulan puasa, di Yogyakarta, Minggu.
Ia mengatakan, waktu tayang menjelang dan sesudah berbuka puasa dan sahur menempati "prime time", dan pertumbuhan iklan selama bulan Ramadhan meningkat tajam dibanding bulan biasa.
"Sebagai ilustrasi, setiap satu jam tayang sedikitnya ada 24 spot iklan atau 2.880 spot iklan selama bulan Ramadhan dengan asumsi empat jam sehari dan rata-rata Rp12-15 juta per spot," katanya.
Keuntungan besar itu, menurut dia, tidak sepadan dengan misi edukatif dari kualitas program yang ditayangkan televisi, yakni berkurangnya acara edukatif dan dominannya acara hiburan.
Ia mengatakan, dibandingkan 2007 dan 2008, tidak ada perubahan signifikan dari tayangan televisi di bulan Ramadhan. Mayoritas televisi mengandalkan tayangan reguler yang sudah tayang sebelum Ramadhan.
Televisi hanya menambahkan jam tayang khusus saat sahur dengan program yang relatif seragam, yakni kuis, ceramah, komedi, dan liputan ritualisme dunia Islam.
"Program Ramadhan cenderung bersifat `tempelan` untuk mengisi slot waktu yang ada, bukan tayangan yang secara substansial dirancang untuk bulan puasa sehingga yang terjadi adalah acara yang dipenuhi pekik Ramadhan yang dibuat-buat keluar dari mulut presenter, penuh canda tawa lepas tanpa makna religius," katanya.
Dalam konteks itu, menurut dia, pengelola televisi hendaknya meniadakan beberapa tayangan atau minimal mengatur ulang jam tayang sejumlah program yang melanggar etika. Untuk itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di pusat dan daerah harus aktif dan bertindak tegas.
"Selain itu, perlu pengembangan `media literacy` kepada seluruh pemirsa televisi sehingga tayangan yang kurang pantas tidak akan ditonton, bahkan perlu segera dipikirkan untuk kampanye tidak menonton televisi selama bulan Ramadhan," katanya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII, Masduki MSi MA mengatakan, berdasarkan pengamatan UII ada beberapa tayangan televisi yang tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS).
Beberapa tayangan itu antara lain "go spot", silet, Manohara, dan dahsyat di RCTI, saatnya kita sahur, opera van java sahur, `insert`, dan gosip (TransTV), `kiss vaganza`, sahur show, dan hur sahur (Indosiar).
Selain itu, cinta Fitri season Ramadhan dan was-was (SCTV), happy sahur dan sambil buka yuk (ANTV), curhat bareng Anjasmara (TPI), obsesi (GlobalTV), dan gosip (Trans7).
"Tayangan yang diamati dipilih secara acak dengan didukung data jadwal siaran televisi yang diterbitkan media cetak," katanya.(*)