Mataram (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Nusa Tenggara Barat (NTB) berkomitmen memperkuat riset dan kolaborasi lintas sektor guna mendukung pengembangan tanaman tebu di Kabupaten Dompu sebagai komoditas unggulan baru daerah dengan pendekatan ilmiah.
Kepala Brida NTB, I Gede Putu Aryadi, mengatakan langkah tersebut penting dilakukan berbasis data dan riset mendalam, mencakup kondisi lahan, luas tanam, hingga penerapan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas.
"Ini harus dilakukan melalui riset berbasis data. Kita perlu memahami kondisi lahan, potensi luasan, serta teknologi yang tepat untuk meningkatkan hasil," katanya.
Kementerian Pertanian telah menetapkan Kabupaten Dompu sebagai kawasan tebu nasional pada 2024. Menurut Aryadi, status tersebut menjadi modal penting, namun perlu strategi berbasis inovasi agar memberikan dampak ekonomi nyata bagi masyarakat.
Baca juga: BRIDA NTB mendorong pembentukan standarisasi peresean dan joki cilik
Ia mengakui, penelitian terkait budidaya tebu di lahan kering Dompu masih minim. Selama ini, riset Brida NTB lebih banyak fokus pada komoditas adaptif seperti kacang sanci dan kurma.
"Untuk tebu, kita perlu riset lebih detail tentang kondisi tanah, pola pemasaran, serta integrasi dengan sumber air. Tebu tetap membutuhkan air, tidak bisa sepenuhnya mengandalkan lahan kering," ujarnya.
Aryadi menyebutkan, sekitar 80 persen lahan di NTB merupakan lahan kering sehingga pemanfaatannya membutuhkan strategi khusus. Menurutnya, pengembangan tebu bisa menjadi solusi produktif jika disertai riset komprehensif dan teknologi tepat guna.
Ia juga mendorong integrasi budidaya tebu dengan sektor peternakan. Limbah kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk organik untuk mendukung pertanian tebu berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Kita bisa membangun sistem integrasi. Peternakan menghasilkan pupuk organik, dan tebu memberi nilai tambah ekonomi," ucapnya.
Brida NTB juga menekankan pentingnya menjaga hubungan yang adil antara petani dan pabrik gula. Aryadi menegaskan, keseimbangan harga dan kepastian pasar menjadi faktor kunci keberlanjutan industri tebu.
"Jangan sampai petani dirugikan. Hubungan industri harus saling menguntungkan, bukan hanya untuk perusahaan," katanya.
Baca juga: BRIN dan BRIDA Prov NTB kolaborasi kembangkan riset kultur jaringan kurma
Data Bappeda NTB mencatat, Kabupaten Dompu memiliki potensi lahan tebu seluas 10.873 hektare, namun baru 3.350 hektare yang dimanfaatkan, tersebar di Kecamatan Pekat, Kempo, dan Manggelewa. Artinya, masih ada lebih dari 7.500 hektare lahan belum tergarap.
Sementara di Kabupaten Bima, dari potensi 1.743 hektare di Kecamatan Sanggar dan Tambora, baru sekitar 102 hektare yang ditanami tebu.
Beberapa petani di Dompu menilai, tanaman tebu cukup menjanjikan karena memiliki pasar yang pasti dan biaya perawatan lebih ringan dibanding komoditas lain. Mereka berharap pemerintah memperluas sosialisasi dan meningkatkan pelayanan pabrik gula, terutama dalam pengangkutan hasil panen.
Dengan dukungan riset yang kuat dan sinergi berbagai pihak, Brida NTB optimis Kabupaten Dompu dapat tumbuh menjadi sentra produksi gula nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Baca juga: Korsel dan Brida NTB jajaki kerja sama teknologi listrik
Baca juga: Inovatif! BRIDA NTB gunakan kultur jaringan untuk bibit kurma
Baca juga: BRIDA NTB siapkan inovasi peningkatan produksi komoditas unggulan