Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong pengembangan narasi budaya dalam pengelolaan destinasi wisata Gunung Rinjani agar semakin menarik minat turis untuk berwisata ke kawasan tersebut.

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengatakan pengembangan wisata butuh narasi yang kuat mengingat Gunung Rinjani kaya nilai budaya, alam, dan sejarah.

"Gunung Rinjani mempunyai begitu banyak narasi yang bisa diangkat mulai dari narasi budaya yang sangat kaya dengan lebih dari 10 subkultur Sasak di kawasan itu," ujarnya dalam pernyataan di Mataram, Jumat.

Iqbal menuturkan meski kawasan sekeliling Gunung Rinjani dihuni masyarakat suku Sasak, namun wilayah tengah, utara, hingga timur memiliki karakter dan ekspresi kebudayaan yang berbeda.

Ia menekankan bahwa esensi utama geopark adalah pelestarian mencakup budaya yang terbentuk berabad-abad, keindahan lingkungan Gunung Rinjani, serta ketahanan ekonomi masyarakat lokal yang hidup dari alam.

"Jaga hubungan masyarakat dengan lingkungan agar tidak tidak terjadi kerusakan, terutama ketika tekanan investasi besar mulai masuk ke kawasan Gunung Rinjani," kata Iqbal.

Baca juga: Evaluasi status Rinjani Geopark Dunia dilakukan September 2025 di Chili

Lebih lanjut dia menyoroti pentingnya menjaga kohesi sosial serta mendorong pengembangan pariwisata Gunung Rinjani melalui pendekatan wisata berkualitas, bukan sekadar mengejar jumlah kunjungan. 

Menurutnya, Pulau Lombok yang relatif kecil dan rentan terhadap perubahan iklim membutuhkan strategi pariwisata yang lebih hati-hati agar manfaat ekonomi tetap tercapai tanpa merusak lingkungan sebagai kekuatan utama Geopark Rinjani.

Pemerintah NTB berperan sebagai orkestrator dalam mengarahkan upaya seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan Geopark Rinjani.

Iqbal mengakui bahwa meskipun selama ini sudah banyak pendanaan dari berbagai pihak, termasuk lembaga swadaya masyarakat, namun pengembangan kawasan itu belum menunjukkan hasil signifikan.

"Sekarang kami sedang membangun pendamping-pendamping atau fasilitator untuk memetakan masalah-masalah sosial yang menghambat perubahan. Setelah itu, mereka memetakan potensi lokal yang bisa dikembangkan untuk mengangkat masyarakat dari kemiskinan," pungkasnya.

Baca juga: Geopark Rinjani: Insiden Juliana Marins jadi refleksi pengelolaan destinasi

Baca juga: Asesor UNESCO ke NTB untuk menilai ulang status Geopark Rinjani

Baca juga: SPAM Lombok Timur diminta penuhi kebutuhan air bersih masyarakat


Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025