Jakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan penyintas bencana banjir dan longsor di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh masih memerlukan bantuan khususnya sandang, kebutuhan keluarga, dan air bersih.

Ketua Subkelompok Logistik dan Peralatan BPBD Provinsi DKI Jakarta, Michael Oktaviyanes Sitanggang mengatakan, 25 kabupaten/kota di tiga provinsi tersebut masih dalam status tanggap darurat bencana, yakni 12 wilayah di Aceh, delapan di Sumatera Utara, dan lima di Sumatera Barat.

"Artinya memang masih fokus bagaimana untuk mengevakuasi korban dan juga penanganan pengungsi. Jadi dalam kondisi tanggap darurat, memang kebutuhan yang paling mendesak adalah kebutuhan sandang, kemudian bagaimana menyiapkan kebutuhan keluarga, dan juga air bersih," kata dia dalam siniar "Jakarta Peduli Sumatera: Bantuan Kemanusiaan untuk Sesama" di Jakarta, Rabu.

Kebutuhan ini meliputi pakaian, perlengkapan mandi, perlengkapan dasar keluarga, air bersih, dan tentu saja pangan.

"Ini masih sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan para penyintas yang ada di lokasi pengungsian," ujar dia.

Baca juga: DPRD NTB serukan banjir dan longsor di Sumatra jadi bencana nasional

Michael mengatakan, pada akhir November 2025, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyalurkan bantuan meliputi barang-barang kebutuhan bencana di masa status tanggap darurat. Ini juga termasuk pangan seperti beras, gula, minyak goreng, tepung, serta sarana-sarana pendukung lainnya seperti air bersih, toren air, sarung, selimut, dan bantal. Selain itu, juga kebutuhan bagi anak-anak, lansia, kelompok rentan

"Karena dalam kondisi tanggap darurat, pemenuhan kebutuhan dasar ini yang menjadi fokus utama," kata dia.

Baca juga: Tim SAR cari korban banjir bandang di Sumbawa

Menurut informasi hingga 16 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia kurang lebih sekitar 1.053 orang, sekitar 200 orang masih dikabarkan hilang dan sekitar 606.040 orang mengungsi di tiga provinsi tersebut akibat bencana banjir dan tanah longsor.


 


Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2025