Mataram (ANTARA) - Kondisi sejumlah bangunan tua yang ada di Kota Ampenan dan Mataram Ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam kondisi memprihatinkan dan bila ingin tetap dipertahankan maka perlu segera ditempati.
Dr Mohammad Ihsan, dosen Teknik Sipil Universitas Bakrie di Mataram, Senin mengatakan untuk mempertahankan bangunan tua di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, adalah harus dihuni oleh pemiliknya bukannya dibiarkan begitu saja.
"Jika bangunan tua dengan tipe seperti ini diterlantarkan maka akan menyusut secara drastis," katanya kepada Antara saat tengah melakukan penelitian tentang Peran Heritage Engineering dalam Pembentukan Brand Kota Tua Ampenan Mataram NTB, Senin.
Ia menjelaskan bangunan Kota Tua Mataram secara material pada umumnya menggunakan kayu dan batu bata. Kayu sebagai struktur rangka baik rangka kayu maupun balok kolom, serta struktur batu bata berupa "bearing wall".
Sebagaimama struktur bangunan tua, kata dia, maka harus dalam keadaan tidak lembab dan suhu yang sesuai. Hal ini hanya dapat terpenuhi jika bangunan tersebut tetap di gunakan sebagimana fungsi awalnya atau tidak di terlantarkan.
Sehingga, kata dia, dalam melakukan pendekatan restorasi dan rahabilitasi Kota Tua Ampenan, harus memperhatikan fungsi keberlanjutannya atau dengan kata sederhana harus tetap di huni atau dipergunakan.
"Assesment awal menunjukkan mapping foto thermal dan humidity bangunan yang tidak berpenghuni memiliki nilai yang rendah," katanya.
Hal ini, disebutkan, menunjukan penurunan kualitas bangunan yang lama, perlahan-lahan akan menjadi hancur dan hilang.
Sebelumnya, Kegiatan revitalitasasi Kota Tua Ampenan di luar bekas pelabuhan Ampenan, akan menggunakan dana dari Bank Dunia sebesar Rp8 miliar, demikian Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana.
Kegiatan revitalisasi dengan menggunakan dana Bank Dunia juga sudah mulai berjalan, namun kegiatan difokuskan untuk penataan Kota Tua Ampenan termasuk bangunan-bangunan bersejarah yang rusak akibat gempa bumi, katanya di Mataram, Kamis (22/2).
"Untuk perbaikan bangunan bersejarah, kami sudah ada catatan dan acuan dari Jaringan Kota Tua Indonesia bagaimana dan seperti apa bangunan tersebut harus dikembalikan," katanya.
Dikatakan, untuk melaksanakan kegiatan penataan kawasan kota tua tersebut, pemerintah kota sudah tidak ada masalah dengan para pemilik rumah, bahkan pemilik rumah senang karena bangunan mereka akan diperbaiki pemerintah.
Dr Mohammad Ihsan, dosen Teknik Sipil Universitas Bakrie di Mataram, Senin mengatakan untuk mempertahankan bangunan tua di Kota Tua Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, adalah harus dihuni oleh pemiliknya bukannya dibiarkan begitu saja.
"Jika bangunan tua dengan tipe seperti ini diterlantarkan maka akan menyusut secara drastis," katanya kepada Antara saat tengah melakukan penelitian tentang Peran Heritage Engineering dalam Pembentukan Brand Kota Tua Ampenan Mataram NTB, Senin.
Ia menjelaskan bangunan Kota Tua Mataram secara material pada umumnya menggunakan kayu dan batu bata. Kayu sebagai struktur rangka baik rangka kayu maupun balok kolom, serta struktur batu bata berupa "bearing wall".
Sebagaimama struktur bangunan tua, kata dia, maka harus dalam keadaan tidak lembab dan suhu yang sesuai. Hal ini hanya dapat terpenuhi jika bangunan tersebut tetap di gunakan sebagimana fungsi awalnya atau tidak di terlantarkan.
Sehingga, kata dia, dalam melakukan pendekatan restorasi dan rahabilitasi Kota Tua Ampenan, harus memperhatikan fungsi keberlanjutannya atau dengan kata sederhana harus tetap di huni atau dipergunakan.
"Assesment awal menunjukkan mapping foto thermal dan humidity bangunan yang tidak berpenghuni memiliki nilai yang rendah," katanya.
Hal ini, disebutkan, menunjukan penurunan kualitas bangunan yang lama, perlahan-lahan akan menjadi hancur dan hilang.
Sebelumnya, Kegiatan revitalitasasi Kota Tua Ampenan di luar bekas pelabuhan Ampenan, akan menggunakan dana dari Bank Dunia sebesar Rp8 miliar, demikian Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana.
Kegiatan revitalisasi dengan menggunakan dana Bank Dunia juga sudah mulai berjalan, namun kegiatan difokuskan untuk penataan Kota Tua Ampenan termasuk bangunan-bangunan bersejarah yang rusak akibat gempa bumi, katanya di Mataram, Kamis (22/2).
"Untuk perbaikan bangunan bersejarah, kami sudah ada catatan dan acuan dari Jaringan Kota Tua Indonesia bagaimana dan seperti apa bangunan tersebut harus dikembalikan," katanya.
Dikatakan, untuk melaksanakan kegiatan penataan kawasan kota tua tersebut, pemerintah kota sudah tidak ada masalah dengan para pemilik rumah, bahkan pemilik rumah senang karena bangunan mereka akan diperbaiki pemerintah.