Orang tua di Mataram diminta waspada saat anak bertemu orang asing

id DP3A Kota Mataram,kekerasan anak,manipulatif,orang asing

Orang tua di Mataram diminta waspada saat anak bertemu orang asing

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram Hj Dewi Mardiana Ariany. ANTARA/Nirkomala

Mataram (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta peran orang tua agar terus mengingatkan anak-anaknya untuk selalu waspada ketika bertemu dengan orang asing atau tidak dikenal.

"Orang tua jangan pernah bosan mengingatkan anak-anak, terutama anak perempuan agar waspada dan menjaga diri ketika beraktivitas di luar rumah," kata Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram Dewi Mardiana Ariany di Mataram, Senin.

Baca juga: Kemkominfo mengajak orang tua perkuat pengawasan anak di dunia maya

Hal tersebut disampaikan menyikapi adanya indikasi dua anak di bawah umur asal Kota Mataram yang menjadi korban dugaan pelecehan yang dilakukan I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung.

Ia mengatakan anak-anak sangat mudah terpengaruh apalagi dengan kata-kata manipulatif yang menjadi modus Agus, karena itu anak harus banyak-banyak diingatkan tetap waspada.

Anak-anak jangan cepat percaya, jika ada laki-laki tidak dikenal atau orang asing yang mengajak ngobrol dengan kata-kata manipulatif harus cepat dihindari.

"Kalau sudah kita mau berbicara, dia akan terus-terusan manipulatif hingga calon korban terpancing. Karena itu, sebaiknya anak-anak segera menghindar," katanya.

Dewi mengatakan terhadap dua korban di bawah umur dugaan pelecehan yang dilakukan Agus Buntung, sudah dilakukan pendampingan.

Baca juga: Patroli pengawasan anak jalanan di Mataram ditingkatkan

Akan tetapi mereka masih menutup diri dan tidak mau diekspose, mereka mengatakan sudah ada pihak yang ditunjuk untuk mendampingi.

"Dalam hal ini, kami tentu tidak bisa memaksakan dan kami menghormati hak dan keputusan mereka," katanya.

Apabila mereka sudah mau membuka diri kepada tim pendampingan DP3A Kota Mataram, lanjut Dewi, hal yang pertama yang dilakukan adalah membawa ke psikolog.

"Hal itu sebagai upaya penguatan agar mereka tidak putus asa. Untuk masalah sekolah, kami sudah berkoordinasi dan korban masih tetap bisa sekolah seperti biasa," katanya.

Baca juga: Kota Batu-KPAI perkuat pengawasan cegah eksploitasi anak