Mataram (ANTARA) - Cuaca di Nusa Tenggara Barat (NTB) bergerak semakin sulit ditebak. Pola hujan berubah cepat, angin menguat di luar kebiasaan, dan gelombang laut meninggi pada periode yang seharusnya relatif stabil.
Fenomena ini menandai perubahan serius dalam dinamika atmosfer yang tidak lagi bisa dibaca dengan pendekatan lama.
Sepanjang November hingga akhir Desember 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat sedikitnya tiga bibit siklon tropis memengaruhi wilayah NTB, yakni 97S, 93S, dan 96S.
Meski tidak berkembang menjadi siklon penuh di daratan Indonesia, dampaknya nyata dan meluas. Curah hujan meningkat tajam, kecepatan angin permukaan mencapai 35 kilometer per jam, dan gelombang laut di perairan selatan berkisar antara 1,25 hingga 2,5 meter.
Kondisi ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrem di NTB bukan lagi peristiwa insidental, melainkan pola baru yang berulang.
Aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan Equatorial Rossby memperkuat pembentukan awan hujan. Suhu permukaan laut yang hangat dan kelembapan tinggi menjadi bahan bakar tambahan yang membuat sistem cuaca mudah berkembang secara sporadis.
Dampaknya terasa langsung di kehidupan masyarakat. Banjir genangan kembali muncul di kawasan perkotaan, tanah longsor mengintai wilayah perbukitan, dan aktivitas pelayaran rakyat terganggu.
Petani kesulitan menentukan waktu tanam karena hujan datang tidak merata. Nelayan menghadapi risiko lebih besar akibat perubahan arah dan kecepatan angin. Sektor pariwisata pun terdampak oleh ketidakpastian cuaca yang mengganggu keselamatan dan kenyamanan wisatawan.
Di balik itu semua, cuaca ekstrem juga menguji ketangguhan pelayanan publik. Infrastruktur drainase yang dirancang untuk pola hujan normal kerap kewalahan. Jalur transportasi rawan terganggu oleh pohon tumbang dan genangan air.
Sistem peringatan dini sudah tersedia, tetapi belum selalu diterjemahkan menjadi tindakan preventif di tingkat komunitas. Kesenjangan antara informasi cuaca dan respons lapangan inilah yang memperbesar risiko sosial.
Ketidakpastian cuaca membawa biaya tersembunyi yang sering luput dari perhatian. Hari melaut yang hilang, potensi gagal panen, dan terganggunya aktivitas ekonomi skala kecil menjadi akumulasi kerugian yang membebani masyarakat.
Jika tidak dikelola dengan pendekatan adaptif, kondisi ini berpotensi menggerus kepercayaan publik terhadap kemampuan negara melindungi warganya.
Menghadapi realitas tersebut, kewaspadaan tidak lagi cukup. NTB membutuhkan pergeseran dari respons reaktif menuju adaptasi sistemik. Penguatan peringatan dini harus dibarengi edukasi publik yang konsisten agar setiap informasi cuaca memiliki makna operasional bagi masyarakat.
Infrastruktur perlu dirancang dengan asumsi curah hujan lebih tinggi dan angin lebih kuat. Penataan ruang berbasis risiko harus menjadi rujukan utama pembangunan.
Di sektor ekonomi, diversifikasi menjadi kunci ketahanan. Pertanian adaptif iklim, pengembangan usaha yang tidak sepenuhnya bergantung pada cuaca, serta perlindungan sosial bagi kelompok rentan perlu diperkuat.
Data meteorologi harus dimanfaatkan bukan hanya untuk peringatan harian, tetapi juga perencanaan musiman dan kebijakan pembangunan.
Cuaca yang kehilangan pola sejatinya sedang memberi pesan tegas. Alam menuntut cara baru dalam membaca risiko dan mengambil keputusan.
Ketangguhan NTB ke depan tidak diukur dari seberapa cepat pulih setelah bencana, melainkan dari seberapa siap beradaptasi sebelum dampak terjadi.
Di sanalah kualitas pelayanan publik dan kedewasaan kolektif benar-benar diuji.
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Rinjani dan Tambora butuh jeda
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menakar siaga bencana NTB di musim libur
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Langit NTB tak lagi longgar
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Libur panjang, Pelayanan publik NTB dipertaruhkan
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Jejak liburan dan janji wisata NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - NTB dan ujian upah layak
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Ujian meritokrasi dalam pemilihan Sekda NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menata agromaritim NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menata kemandirian listrik NTB