Tajuk ANTARA NTB - Rinjani dan Tambora butuh jeda

id Tajuk ANTARA NTB,Rinjani,Tambora ,jeda,pendakian Oleh Abdul Hakim

Tajuk ANTARA NTB - Rinjani dan Tambora butuh jeda

Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). (ANTARA/HO-Kemenpar)

Mataram (ANTARA) - Penutupan seluruh jalur pendakian Gunung Rinjani dan Gunung Tambora pada musim libur akhir tahun menandai babak penting dalam pengelolaan pariwisata alam di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kebijakan ini bukan sekadar respons teknis terhadap cuaca ekstrem, melainkan refleksi atas perubahan cara pandang negara dalam menempatkan keselamatan manusia dan keberlanjutan ekosistem sebagai prioritas utama.

Musim hujan 2025–2026 datang dengan intensitas yang semakin sulit diprediksi. Curah hujan tinggi, angin kencang, dan potensi longsor menjadikan jalur pendakian di kawasan pegunungan sangat rentan.

Dalam kondisi seperti ini, membuka akses pendakian justru memperbesar risiko kecelakaan yang pada akhirnya harus ditanggung bersama, baik oleh pendaki, masyarakat lokal, maupun negara. Penutupan jalur menjadi pilihan rasional untuk mencegah risiko yang lebih besar.

Namun, keselamatan bukan satu-satunya alasan. Rinjani dan Tambora adalah kawasan dengan nilai ekologis tinggi. Rinjani merupakan taman nasional yang menyimpan keanekaragaman hayati dan sumber air penting bagi masyarakat sekitarnya.

Tambora, sebagai geopark nasional, menyimpan warisan geologi yang diakui secara global. Tekanan kunjungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun telah meninggalkan jejak ekologis yang nyata, mulai dari sampah, kerusakan jalur, hingga degradasi vegetasi. Penutupan sementara memberi ruang bagi alam untuk memulihkan diri.

Kebijakan ini sekaligus mengoreksi paradigma lama pariwisata alam yang terlalu menitikberatkan pada angka kunjungan. Selama bertahun-tahun, keberhasilan sering diukur dari banyaknya pendaki dan panjangnya antrean di jalur pendakian.

Pendekatan ini memang menggerakkan ekonomi lokal dalam jangka pendek, tetapi mengabaikan batas daya dukung lingkungan. Ketika batas itu dilampaui, biaya ekologis dan sosial yang muncul justru jauh lebih besar.

Penutupan Rinjani dan Tambora menunjukkan sinyal pergeseran penting. Negara mulai menempatkan konservasi dan keselamatan di depan kepentingan ekonomi sesaat.

Dalam perspektif pelayanan publik, ini adalah langkah yang patut diapresiasi. Negara hadir bukan hanya sebagai promotor destinasi, tetapi sebagai penjaga ruang hidup bersama yang harus diwariskan dalam kondisi baik.

Meski demikian, kebijakan ini juga mengandung tantangan serius. Ketergantungan ekonomi masyarakat desa penyangga terhadap aktivitas pendakian masih tinggi.

Pemandu, porter, penginapan, dan pelaku usaha kecil langsung merasakan dampak ketika jalur ditutup. Tanpa strategi pengalihan yang jelas, kebijakan konservasi berisiko memunculkan ketimpangan baru dan resistensi di tingkat lokal.

Karena itu, penutupan jalur pendakian seharusnya dibarengi langkah lanjutan yang terencana. Diversifikasi wisata menjadi kunci. Potensi desa wisata, jalur trekking rendah, wisata budaya, dan lanskap pertanian di sekitar Rinjani dan Tambora perlu dipromosikan secara serius.

Dengan demikian, aktivitas ekonomi tetap berjalan tanpa menambah tekanan pada kawasan inti.

Selain itu, evaluasi sistem kuota dan musim pendakian harus dilakukan secara berkala berbasis daya dukung lingkungan. Kuota tidak boleh berhenti sebagai angka administratif, tetapi menjadi instrumen ekologis yang benar-benar melindungi kawasan.

Edukasi pendaki juga harus diperkuat agar aktivitas wisata alam berjalan dengan kesadaran penuh akan risiko dan tanggung jawab.

Penutupan Rinjani dan Tambora pada akhirnya menyampaikan pesan mendasar. Alam memiliki batas, dan manusia dituntut untuk belajar menahan diri.

Jika kebijakan ini dikelola secara adil dan visioner, maka penutupan bukanlah kehilangan, melainkan jeda penting untuk memastikan pariwisata alam NTB tetap lestari dan aman bagi generasi mendatang.

Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menakar siaga bencana NTB di musim libur
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Langit NTB tak lagi longgar
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Libur panjang, Pelayanan publik NTB dipertaruhkan
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Jejak liburan dan janji wisata NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - NTB dan ujian upah layak
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Ujian meritokrasi dalam pemilihan Sekda NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menata agromaritim NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menata kemandirian listrik NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Kampung nelayan NTB: Antara proyek dan keberpihakan
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Surfing NTB: Lebih dari sekadar event



COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.