Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram bekerja sama dengan Satgas Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mencari tahu penyebab kenaikan harga bawang yang saat ini mengalami kenaikan hingga 100 persen.

"Kenaikan harga bawang yang mencapai 100 persen dalam beberapa pekan ini kami akui, dan kita masih mencari tahu penyebabnya bekerja sama dengan satgas pangan," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Senin.

Harga bawang pada sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram saat ini rata-rata mencapai Rp40.000 hingga Rp45.000 per kilogram dari harga semula sekitar Rp25.000 per kilogram.

Kendati demikian, Mutawalli, belum berani menyimpulkan kenaikan harga bawangtersebut disebabkan adanya penimbunan oleh oknum tertentu untuk melakukan spekulasi harga.

"Kami belum berani pastikan kalau kenaikan harga ini karena ulah oknum tertentu. Karena itulah, kami akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu," katanya.

Menurutnya, dari hasil evaluasi sementara kenaikan harga bawang dipicu karena bawang dari Kabupaten Bima yang menjadi lumbung bawang NTB belum masuk sepenuhnya di pasar induk Mandalika.

Selain itu, informasinya terjadi pengurangan terhadap areal tanam bawang di NTB secara umum yang pada tahun-tahun sebelumnya mencapai puluhan ribu hektare, tahun ini hanya sekitar seribu hingga dua ribu hektare.

Kalau untuk lahan bawang di Mataram, hanya sekitar 20 hektare itupun sangat kecil dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Mataram.

"Kenaikan dipicu juga karena adanya bawang yang dijual keluar daerah, sehingga stok untuk kebutuhan dalam daerah berkurang dan akhirnya harga dinaikan," katanya.

Terkait dengan itu, berbagai kemungkinan dan hasil evaluasi pasar tersebut akan menjadi acuannya bersama satgas pangan untuk mencari tahu penyebab kenaikan harga bawang.

Sementara menyinggung tentang kenaikan komoditas pertanian lainnya yang juga mengalami kenaikan, seperti tomat, cabai, dan sayur-sayuran lainnya, Mutawalli mengatakan, sebagai pembina petani merasa senang dengan adanya kenaikan itu.

"Kondisi ini hanya masalah psikologis pasar menjelang bulan Ramadhan, jadi biarkanlah petani tersenyum dengan kenaikan itu. Tetapi kita hanya memberikan toleransi kenaikan 5-10 persen," katanya.

Apabila kenaikan tersebut lebih dari 5-10 persen, barulah timnya akan turun melakukan pemantauan dan pengawasan, mulai dari petani hingga distributor. 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024