Mataram (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PP Pelti), Rildo Ananda Anwar mengatakan beralih fungsinya fasilitas tenis utama Indonesia menjadi lapangan bisbol menghambat kegiatan pertandingan skala internasional di Indonesia.
“Hilangnya lapangan tenis itu bagi saya sendiri menjadi handicap juga ketika akan mengadakan pertandingan internasional karena ada persyaratannya,” kata Rildo ketika dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut diungkapkan Rildo untuk menanggapi pernyataan petenis Indonesia Christopher Rungkat yang tengah berlaga pada turnamen Grand Slam, Wimbledon, Inggris.
Christopher dalam wawancaranya dengan kantor berita Prancis, AFP mengatakan fasilitas tenis di Indonesia masih minim dan belum layak.
Baca juga: Tulisan utuh AFP tentang keluhan dan impian tenis Christopher
Salah satu lapangan tenis yang beralih fungsi untuk cabang olahraga lain berada di komplek Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.
Ketua Umum PP Pelti Rildo Ananda Anwar pun menyetujui pernyataan tersebut karena menurutnya lapangan tenis di Indonesia hanya ada empat, dan masih kurang dua lagi untuk dapat menyelenggarakan kejuaraan tenis Internasional di dalam negeri.
“Minimal ada enam lapangan yang bisa digunakan untuk kepentingan secara internasional. Tapi kan kita tanahnya tidak ada,” tutur dia.
Selain itu, ia juga mengeluhkan pemerintah Indonesia yang masih belum memprioritaskan cabang olahraga tenis. Padahal, lanjut Rildo tenis sudah menyumbangkan medali emas dalam perhelatan Asian Games 2018.
Dengan mengadakan kejuaraan tenis skala internasional, menurutnya semua pemain-pemain tenis Indonesia bisa mendapatkan pengalaman berlaga dalam kancah global. Sedangkan apabila ingin mengikuti kejuaraan internasional, tidak semua pemain tenis bisa mengikuti pertandingan.
Selain itu, dengan kejuaraan internasional dalam negeri, beberapa pemain bisa mendapatkan wild card. Indonesia sebagai tuan rumah mempunyai hak untuk memasukkan pemain dalam main draw dan mendapatkan poin.
“Hilangnya lapangan tenis itu bagi saya sendiri menjadi handicap juga ketika akan mengadakan pertandingan internasional karena ada persyaratannya,” kata Rildo ketika dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut diungkapkan Rildo untuk menanggapi pernyataan petenis Indonesia Christopher Rungkat yang tengah berlaga pada turnamen Grand Slam, Wimbledon, Inggris.
Christopher dalam wawancaranya dengan kantor berita Prancis, AFP mengatakan fasilitas tenis di Indonesia masih minim dan belum layak.
Baca juga: Tulisan utuh AFP tentang keluhan dan impian tenis Christopher
Salah satu lapangan tenis yang beralih fungsi untuk cabang olahraga lain berada di komplek Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.
Ketua Umum PP Pelti Rildo Ananda Anwar pun menyetujui pernyataan tersebut karena menurutnya lapangan tenis di Indonesia hanya ada empat, dan masih kurang dua lagi untuk dapat menyelenggarakan kejuaraan tenis Internasional di dalam negeri.
“Minimal ada enam lapangan yang bisa digunakan untuk kepentingan secara internasional. Tapi kan kita tanahnya tidak ada,” tutur dia.
Selain itu, ia juga mengeluhkan pemerintah Indonesia yang masih belum memprioritaskan cabang olahraga tenis. Padahal, lanjut Rildo tenis sudah menyumbangkan medali emas dalam perhelatan Asian Games 2018.
Dengan mengadakan kejuaraan tenis skala internasional, menurutnya semua pemain-pemain tenis Indonesia bisa mendapatkan pengalaman berlaga dalam kancah global. Sedangkan apabila ingin mengikuti kejuaraan internasional, tidak semua pemain tenis bisa mengikuti pertandingan.
Selain itu, dengan kejuaraan internasional dalam negeri, beberapa pemain bisa mendapatkan wild card. Indonesia sebagai tuan rumah mempunyai hak untuk memasukkan pemain dalam main draw dan mendapatkan poin.