London (ANTARA) - Artis Hungaria, Eszter Tari yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia menerbitkan buku dengan judul Wayang Jawa sebagai hasil pendalamannya terhadap budaya Indonesia khususnya wayang kulit Jawa.
Peluncuran buku setebal 104 halaman dalam bahasa Hungarai dengan pengantar khusus dari Duta Besar Indonesia, demikian Sekretaris I, Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Budapest, Arena Sri Victoria kepada koresponden Antara London, Jumat.
Dikatakannya peluncur buku yang digelar di gedung KBRI Budapest, dihadiri sejumlah Duta Besar negara sahabat, pejabat Hongaria, budayawan Hongaria termasuk penyair dan media massa serta tokoh masyarakat lainnya.
Penyair Hongaria Tibor Weiner Sennyey dalam membedah buku tersebut menekankan bahwa pertunjukan wayang kulit merupakan upaya meneruskan nilai luhur yang telah digali para leluhur kepada keturunannya.
Tibos meliat adanya penggabungan musik, lagu, syair dan seni yang membuat wayang kulit memberi makna yang kuat dalam sebuah pertunjukan wayang.
"Pertunjukan wayang merupakan karya budaya terbesar Indonesia yang dilahirkan oleh sebuah bangsa yang jujur dan ramah," ujarnya.
Tibor menyadari bahwa pertunjukan wayang kulit semakin surut sesudah Perang Dunia II, namun dia yakin bahwa hal ini dapat dikembangkan lebih lanjut karena memang dibutuhkan oleh umat manusia.
Dikatakannya masalah epik Bharatayudha dimana keluarga Pandawa menentang keluarga Kurawa dengan tujuan untuk menyelamatkan bumi untuk itu ia juga memuji penyelenggaraan Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim belum lama ini di Bali.
Tibor Sennyey juga menyampaikan pesan yang disampaikan oleh epis-epis kuno seperti Bharatayudha bila tampil kepermukaan akan dapat membantu penyelesaian berbagai masalah lingkungan hidup seperti deforestation, depresi dan krisis ekonomi maupun keguncangan mentalitas.
Tibor menghargai upaya Eszter Tari yang disejajarkannya dengan sejumlah intelektual Hongaria yang berupaya menghidangkan nilai-nilai luhur dari bangsa Asia termasuk Indonesia seperti Sandor Korosi Csoma, Schmidt, Techi, Kacsvinszky, Baktay, Bela Hamvas atau Nandor Varkonyi.
Sementara itu Duta Besar RI untuk Republik Hungari, Kroatia, Bosnia Herzegovina dan Makedonia Mangasi Sihombing dalam sambutannya menyampaikan penghargaan kepada Eszter Tari yang membuat buku mengenai wayang dalam bahasa Hungaria.
Dikatakannya pengembangan seni wayang yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dan bukan menjadi milik dari satu bangsa lagi. Disebutkan bahwa alam demokrasi akan menyumbang kepada kemajuan budaya, dan sebaliknya budaya akan memperkuat demokrasi dan perdamaian global.
Acara peluncuran buku karya Eszter Tari juga dimeriahkan tarian Jawa mendapat perhatian media massa seperti televisi Hungaria dan wartawan serta penulis budaya juga tampak hadir Kiss Marta yang menulis buku dongeng-dongeng Jawa dan Gabor Boros yang membuat film pariwisata Indonesia.(*)
Peluncuran buku setebal 104 halaman dalam bahasa Hungarai dengan pengantar khusus dari Duta Besar Indonesia, demikian Sekretaris I, Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Budapest, Arena Sri Victoria kepada koresponden Antara London, Jumat.
Dikatakannya peluncur buku yang digelar di gedung KBRI Budapest, dihadiri sejumlah Duta Besar negara sahabat, pejabat Hongaria, budayawan Hongaria termasuk penyair dan media massa serta tokoh masyarakat lainnya.
Penyair Hongaria Tibor Weiner Sennyey dalam membedah buku tersebut menekankan bahwa pertunjukan wayang kulit merupakan upaya meneruskan nilai luhur yang telah digali para leluhur kepada keturunannya.
Tibos meliat adanya penggabungan musik, lagu, syair dan seni yang membuat wayang kulit memberi makna yang kuat dalam sebuah pertunjukan wayang.
"Pertunjukan wayang merupakan karya budaya terbesar Indonesia yang dilahirkan oleh sebuah bangsa yang jujur dan ramah," ujarnya.
Tibor menyadari bahwa pertunjukan wayang kulit semakin surut sesudah Perang Dunia II, namun dia yakin bahwa hal ini dapat dikembangkan lebih lanjut karena memang dibutuhkan oleh umat manusia.
Dikatakannya masalah epik Bharatayudha dimana keluarga Pandawa menentang keluarga Kurawa dengan tujuan untuk menyelamatkan bumi untuk itu ia juga memuji penyelenggaraan Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim belum lama ini di Bali.
Tibor Sennyey juga menyampaikan pesan yang disampaikan oleh epis-epis kuno seperti Bharatayudha bila tampil kepermukaan akan dapat membantu penyelesaian berbagai masalah lingkungan hidup seperti deforestation, depresi dan krisis ekonomi maupun keguncangan mentalitas.
Tibor menghargai upaya Eszter Tari yang disejajarkannya dengan sejumlah intelektual Hongaria yang berupaya menghidangkan nilai-nilai luhur dari bangsa Asia termasuk Indonesia seperti Sandor Korosi Csoma, Schmidt, Techi, Kacsvinszky, Baktay, Bela Hamvas atau Nandor Varkonyi.
Sementara itu Duta Besar RI untuk Republik Hungari, Kroatia, Bosnia Herzegovina dan Makedonia Mangasi Sihombing dalam sambutannya menyampaikan penghargaan kepada Eszter Tari yang membuat buku mengenai wayang dalam bahasa Hungaria.
Dikatakannya pengembangan seni wayang yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dan bukan menjadi milik dari satu bangsa lagi. Disebutkan bahwa alam demokrasi akan menyumbang kepada kemajuan budaya, dan sebaliknya budaya akan memperkuat demokrasi dan perdamaian global.
Acara peluncuran buku karya Eszter Tari juga dimeriahkan tarian Jawa mendapat perhatian media massa seperti televisi Hungaria dan wartawan serta penulis budaya juga tampak hadir Kiss Marta yang menulis buku dongeng-dongeng Jawa dan Gabor Boros yang membuat film pariwisata Indonesia.(*)