Mataram (ANTARA) - Desa Wisata Sesaot, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, masuk dalam nominasi ajang Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) tahun 2019, dan bersaing untuk menjadi yang terbaik dengan 37 destinasi wisata se-Indonesia.
"Dari 300 peserta yang mendaftar, Desa Wisata Sesaot masuk dalam nominasi ISTA tahun 2019, dan akan bersaing dengan 37 destinasi yang sudah lama dikembangkan seperti Pulau Sari, Sumatera, dan Bandung," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Ispan Junaidi, di Lombok Barat, Rabu.
Menurut dia, Desa Wisata Sesaot masuk dalam nominasi karena tata kelolanya sudah dilakukan secara profesional sejak empat tahun lalu.
Namun, dari aspek yang ada dari indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan, Desa Wisata Sesaot sudah masuk dan kemungkinan besar bisa menjadi calon juara.
"Walaupun kita baru pertama mengikuti, tetapi dari perangkat-perangkat yang standar Global Sustainable Tourism Counsult (GSTC) kita sudah ada bagian-bagian yang signifikan," ujarnya.
Ispan mengatakan ajang ISTA bukan hanya sekedar kompetensi saja, namun juga sebagai ajang motivasi bagi destinasi wisata di seluruh Indonesia dalam rangka memenuhi standar keberlanjutan dalam pengembangan destinasi pariwisata.
"Pariwisata berkelanjutan itu indikatornya banyak. Ada 104 indikator dan pekerjaan itu membutuhkan kolaborasi dengan berbagai kepentingan," ucapnya pula.
Dari 300 peserta se-Indonesia, kata dia, disaring menjadi 37 peserta.
Untuk menentukan juaranya, panitia akan memilih 17 peserta terbaik dan menjadi juara yang memenuhi empat kategori, yakni kategori ekonomi, sosial dan budaya, tata kelola, dan lingkungan.
Dari keempat kategori tersebut, siapa yang unggul akan menjadi juara satu, dua, tiga dan empat di masing-masing kategori akan diumumkan pada 26 September 2019.
"Setelah itu, Kementerian Pariwisata akan terus melakukan pembinaan kepada 37 peserta yang sudah dipilih sebelumnya," kata Ispan.
"Dari 300 peserta yang mendaftar, Desa Wisata Sesaot masuk dalam nominasi ISTA tahun 2019, dan akan bersaing dengan 37 destinasi yang sudah lama dikembangkan seperti Pulau Sari, Sumatera, dan Bandung," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Ispan Junaidi, di Lombok Barat, Rabu.
Menurut dia, Desa Wisata Sesaot masuk dalam nominasi karena tata kelolanya sudah dilakukan secara profesional sejak empat tahun lalu.
Namun, dari aspek yang ada dari indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan, Desa Wisata Sesaot sudah masuk dan kemungkinan besar bisa menjadi calon juara.
"Walaupun kita baru pertama mengikuti, tetapi dari perangkat-perangkat yang standar Global Sustainable Tourism Counsult (GSTC) kita sudah ada bagian-bagian yang signifikan," ujarnya.
Ispan mengatakan ajang ISTA bukan hanya sekedar kompetensi saja, namun juga sebagai ajang motivasi bagi destinasi wisata di seluruh Indonesia dalam rangka memenuhi standar keberlanjutan dalam pengembangan destinasi pariwisata.
"Pariwisata berkelanjutan itu indikatornya banyak. Ada 104 indikator dan pekerjaan itu membutuhkan kolaborasi dengan berbagai kepentingan," ucapnya pula.
Dari 300 peserta se-Indonesia, kata dia, disaring menjadi 37 peserta.
Untuk menentukan juaranya, panitia akan memilih 17 peserta terbaik dan menjadi juara yang memenuhi empat kategori, yakni kategori ekonomi, sosial dan budaya, tata kelola, dan lingkungan.
Dari keempat kategori tersebut, siapa yang unggul akan menjadi juara satu, dua, tiga dan empat di masing-masing kategori akan diumumkan pada 26 September 2019.
"Setelah itu, Kementerian Pariwisata akan terus melakukan pembinaan kepada 37 peserta yang sudah dipilih sebelumnya," kata Ispan.