Mataram (ANTARA) - Indonesia menyelenggarakan program pengembangan kapasitas di bidang energi dan sumber daya mineral bagi warga Palestina, sebagai upaya mendukung proses perdamaian dan pembangunan ekonomi negara tersebut.
Program ini merupakan kelanjutan dari Fase I pada 2018 mengenai Islam Wasathiyah yang menekankan pendekatan spiritual dan sosial kemanusiaan tentang pentingnya perdamaian.
Pada Fase II kali ini, pemerintah Indonesia lebih menekankan pada pendekatan pembangunan ekonomi melalui program pengembangan kapasitas bidang energi dan sumber daya mineral.
“Afghanistan adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam dan mineral. Melalui program pengembangan kapasitas ini saya berharap para peserta dapat memanfaatkan potensi besar sumber daya alam Afghanistan untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pemanfaatan seluas-luasnya bagi rakyat Afghanistan,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla pada pembukaan Kursus Singkat Program Pengembangan Kapasitas Bidang Energi Sumber Daya Mineral untuk Afghanistan, di Auditorium Sekretariat Wapres, Jakarta, Senin.
Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas teknis sumber daya manusia Afghanistan dalam mengelola potensi sumber daya alamnya pada saat tercapainya perdamaian.
Pemerintah Afghanistan melalui Kementerian Minyak Bumi dan Sumber Daya Mineral mengirimkan 65 pegawainya ke Indonesia untuk mengikuti program ini.
Para peserta tersebut akan dibagi dalam sejumlah bidang pelatihan yakni kategori Welder Level III untuk 15 peserta dengan lama pelatihan 86 hari oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Migas di Cepu; katagori Maintenance Technician and Training of Trainer HSE and Basic Fire Fighting for Petroleum Industry untuk 15 peserta dengan lama pelatihan 107 hari oleh PPSDM Migas di Cepu.
Sedangkan katagori Coal and Mineral Policy Courses untuk 15 peserta dengan lama pelatihan 27 hari akan diselenggarakan oleh PPSDM Geominerba di Bandung.
Kategori lain di antaranya Coal and Mineral Mining Courses untuk 20 peserta dengan lama pelatihan 113 hari oleh PPSDM Geominerba di Bandung; kategori Mining Economic Feasibility Courses untuk 15 peserta dengan lama 33 hari oleh PPSDM Geominerba di Bandung; serta Coal and Mineral Analysis Courses untuk 20 peserta dengan lama 64 hari oleh PPSDM Geominerba di Bandung.
Secara keseluruhan kegiatan pelatihan ini akan berakhir hingga November 2019.
Selain pembelajaran di kelas, para peserta juga akan menjalani praktik langsung di laboratorium dan industri.
Wakil Menteri Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan Syed Mahbobullah Rabani menyatakan bantuan pengembangan kapasitas dari Indonesia akan sangat bermanfaat untuk negara yang memiliki banyak sumber daya alam yang masih terbengkalai akibat perang dan konflik berkepanjangan itu.
Padahal, Afghanistan memiliki berbagai macam mineral mulai dari bijih besi, tembaga, lithium, emas, dan lainnya.
“Karena itu, pemerintah Afghanistan ingin memanfaatkan sumber daya mineral sebagai katalis dan sektor yang sangat menjanjikan untuk menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pemasukan negara,” tutur Rabani.
Selain memperkuat sumber daya manusia melalui program-program pengembangan kapasitas yang dikerjasamakan dengan Indonesia, Rabani melanjutkan, pemerintah Afghanistan juga telah mencanangkan agenda reformasi termasuk diantaranya strategi reformasi komprehensif di sektor pertambangan.
“Kami berharap para peserta yang mengikuti program pelatihan di Indonesia ini bisa membawa perubahan besar saat kembali ke Afghanistan untuk berkontribusi pada pembangunan sektor pertambangan dan migas kami,” kata Rabani.
Program ini merupakan kelanjutan dari Fase I pada 2018 mengenai Islam Wasathiyah yang menekankan pendekatan spiritual dan sosial kemanusiaan tentang pentingnya perdamaian.
Pada Fase II kali ini, pemerintah Indonesia lebih menekankan pada pendekatan pembangunan ekonomi melalui program pengembangan kapasitas bidang energi dan sumber daya mineral.
“Afghanistan adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam dan mineral. Melalui program pengembangan kapasitas ini saya berharap para peserta dapat memanfaatkan potensi besar sumber daya alam Afghanistan untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pemanfaatan seluas-luasnya bagi rakyat Afghanistan,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla pada pembukaan Kursus Singkat Program Pengembangan Kapasitas Bidang Energi Sumber Daya Mineral untuk Afghanistan, di Auditorium Sekretariat Wapres, Jakarta, Senin.
Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas teknis sumber daya manusia Afghanistan dalam mengelola potensi sumber daya alamnya pada saat tercapainya perdamaian.
Pemerintah Afghanistan melalui Kementerian Minyak Bumi dan Sumber Daya Mineral mengirimkan 65 pegawainya ke Indonesia untuk mengikuti program ini.
Para peserta tersebut akan dibagi dalam sejumlah bidang pelatihan yakni kategori Welder Level III untuk 15 peserta dengan lama pelatihan 86 hari oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Migas di Cepu; katagori Maintenance Technician and Training of Trainer HSE and Basic Fire Fighting for Petroleum Industry untuk 15 peserta dengan lama pelatihan 107 hari oleh PPSDM Migas di Cepu.
Sedangkan katagori Coal and Mineral Policy Courses untuk 15 peserta dengan lama pelatihan 27 hari akan diselenggarakan oleh PPSDM Geominerba di Bandung.
Kategori lain di antaranya Coal and Mineral Mining Courses untuk 20 peserta dengan lama pelatihan 113 hari oleh PPSDM Geominerba di Bandung; kategori Mining Economic Feasibility Courses untuk 15 peserta dengan lama 33 hari oleh PPSDM Geominerba di Bandung; serta Coal and Mineral Analysis Courses untuk 20 peserta dengan lama 64 hari oleh PPSDM Geominerba di Bandung.
Secara keseluruhan kegiatan pelatihan ini akan berakhir hingga November 2019.
Selain pembelajaran di kelas, para peserta juga akan menjalani praktik langsung di laboratorium dan industri.
Wakil Menteri Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan Syed Mahbobullah Rabani menyatakan bantuan pengembangan kapasitas dari Indonesia akan sangat bermanfaat untuk negara yang memiliki banyak sumber daya alam yang masih terbengkalai akibat perang dan konflik berkepanjangan itu.
Padahal, Afghanistan memiliki berbagai macam mineral mulai dari bijih besi, tembaga, lithium, emas, dan lainnya.
“Karena itu, pemerintah Afghanistan ingin memanfaatkan sumber daya mineral sebagai katalis dan sektor yang sangat menjanjikan untuk menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pemasukan negara,” tutur Rabani.
Selain memperkuat sumber daya manusia melalui program-program pengembangan kapasitas yang dikerjasamakan dengan Indonesia, Rabani melanjutkan, pemerintah Afghanistan juga telah mencanangkan agenda reformasi termasuk diantaranya strategi reformasi komprehensif di sektor pertambangan.
“Kami berharap para peserta yang mengikuti program pelatihan di Indonesia ini bisa membawa perubahan besar saat kembali ke Afghanistan untuk berkontribusi pada pembangunan sektor pertambangan dan migas kami,” kata Rabani.