Mataram, 21/12 (ANTARA) - Sejumlah petani di Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat engeluhkan harga kelapa butiran yang kembali anjlok menyusul sepinya permintaan komoditas perkebunan tersebut di pasar antarpulau sejak beberapa bulan terakhir.
Seorang petani kelapa di Dusun Medana, Kecamatan Tanjung, KLU Hj. Rahmah, Senin, mengatakan sekarang ini harga kelapa hanya Rp500/butir, turun drastis dibandingkan dengan sebelumnya mencapai Rp1.000 hingga Rp1.250/butir.
"Harga kelapa sekarang ini sangat murah sementara ongkos petik terus naik, pada panen sekarang ini ongkos petik Rp750/pohon dan ongkos angkut juga naik, biaya pengangkutan dan ongkos petik mencapai 25 persen dari hasil penjualan," katanya.
Ia mengatakan kalau seandainya dijual setelah diolah menjadi kopra, harganya juga tetap murah, krena harga kopra sekarang ini hanya Rp3.000/kg belum dikurangi dengan ongkos kupas dan biaya pengeringan melalui oven.
Petani kelapa lainnya Sapri mengatakan anjloknya harga kelapa butiran sekarang ini antara lain disebabkan berkurangnya permintaan komoditas perkebunan tersebut di pasar antarpulau, sehingga hasil panen hanya dijual di pasar lokal.
Terkait murahnya harga komoditas perkebunan tersebut, sebagian petani di KLU menunda panen kelapa kendati buahnya sudah banyak yang kering.
"Kalau buah kelapa dipetik secara rutin setiap satu setengah bulan sekali, petani rugi ongkos petik," katanya.
Ia mengatakan biasanya para petani memanen kelapa setiap satu setengah bulan sekali atau delapan kali setahun, namun karena harganya murah mereka memetik kelapa setiap dua bulan sekali atau enam kali setahun.
"Akibat merosotnya harga kelapa tersebut para petani di Lombok kembali menanggung beban hidup berat, karena hasil penjualan kelapa tidak cukup untuk biaya hidup yang semakin tinggi," katanya.
Menurut dia ketika harga kelapa butiran mahal, beberapa bulan lalu para petani bisa sedikit lega, karena hanya dengan menjual dua butir bisa membeli satu kilogram beras, sekarang untuk mendapatkan satu kilogram beras harus menjual empat hingga lima butir.
"Para petani kelapa di Pulau Lombok mengharapkan harga komoditas perkebunan tersebut kembali naik seperti sebelumnya minimal bisa seimbang dengan harga kebutuhan pokok," katanya.(*)
Seorang petani kelapa di Dusun Medana, Kecamatan Tanjung, KLU Hj. Rahmah, Senin, mengatakan sekarang ini harga kelapa hanya Rp500/butir, turun drastis dibandingkan dengan sebelumnya mencapai Rp1.000 hingga Rp1.250/butir.
"Harga kelapa sekarang ini sangat murah sementara ongkos petik terus naik, pada panen sekarang ini ongkos petik Rp750/pohon dan ongkos angkut juga naik, biaya pengangkutan dan ongkos petik mencapai 25 persen dari hasil penjualan," katanya.
Ia mengatakan kalau seandainya dijual setelah diolah menjadi kopra, harganya juga tetap murah, krena harga kopra sekarang ini hanya Rp3.000/kg belum dikurangi dengan ongkos kupas dan biaya pengeringan melalui oven.
Petani kelapa lainnya Sapri mengatakan anjloknya harga kelapa butiran sekarang ini antara lain disebabkan berkurangnya permintaan komoditas perkebunan tersebut di pasar antarpulau, sehingga hasil panen hanya dijual di pasar lokal.
Terkait murahnya harga komoditas perkebunan tersebut, sebagian petani di KLU menunda panen kelapa kendati buahnya sudah banyak yang kering.
"Kalau buah kelapa dipetik secara rutin setiap satu setengah bulan sekali, petani rugi ongkos petik," katanya.
Ia mengatakan biasanya para petani memanen kelapa setiap satu setengah bulan sekali atau delapan kali setahun, namun karena harganya murah mereka memetik kelapa setiap dua bulan sekali atau enam kali setahun.
"Akibat merosotnya harga kelapa tersebut para petani di Lombok kembali menanggung beban hidup berat, karena hasil penjualan kelapa tidak cukup untuk biaya hidup yang semakin tinggi," katanya.
Menurut dia ketika harga kelapa butiran mahal, beberapa bulan lalu para petani bisa sedikit lega, karena hanya dengan menjual dua butir bisa membeli satu kilogram beras, sekarang untuk mendapatkan satu kilogram beras harus menjual empat hingga lima butir.
"Para petani kelapa di Pulau Lombok mengharapkan harga komoditas perkebunan tersebut kembali naik seperti sebelumnya minimal bisa seimbang dengan harga kebutuhan pokok," katanya.(*)