Pekanbaru (ANTARA) - Pemerintah Malaysia mulai mengevakuasi 46 orang mahasiswanya yang menuntut ilmu di Provinsi Riau melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Rabu.
Konsulat Malaysia di Pekanbaru menjemput puluhan mahasiswa tersebut dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) pada Rabu pagi menggunakan bus pariwisata. Mereka langsung dibawa ke Bandara Pekanbaru, dan dipulangkan dengan pesawat maskapai Air Asia pukul 10.55 WIB tujuan Kuala Lumpur, Malaysia.
Mayoritas mahasiswa tersebut adalah laki-laki. Mereka terlihat menggunakan masker karena kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menyelimuti Kota Pekanbaru.
Terlihat Konsul Malaysia di Pekanbaru, Wan Nurshima Wan Jusoh melepas keberangkatan mahasiswa tersebut. Konsul juga sempat menyampaikan pidato singkat kepada mahasiswa, bahwa pemulangan tersebut adalah keputusan Kerajaan Malaysia karena kondisi darurat pencemaran udara akibat karhutla.
"Evakuasi dilakukan bertahap," kata Wan Nurshima.
Seorang mahasiswa Malaysia, Mohd Badiuzzaman (29) mengatakan sempat sakit ketika asap karhutla sangat pekat menyelimuti Kota Pekanbaru pada tanggal 22 September. Ia mengatakan perkuliahan di kampus UIN Suska juga sudah diliburkan karena kondisi pencemaran asap yang berbahaya.
"Tenggorokan saya terasa sakit karena asap," ujar mahasiswa Fakultas Syariah di UIN Suska itu.
Seorang mahasiswa lainnya, Alya Najeeba, mengatakan akan selama satu minggu pulang ke Malaysia. Ia juga mengeluhkan sakit akibat asap di Pekanbaru.
"Sakit di dada, batuk-batu, sesak nafas," ujar mahasiswi yang sudah dua tahun berkuliah di UIN Suska itu.
Sebelumnya, dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Malaysia, Selasa (24/9), Pemerintah Malaysia menyatakan akan melakukan proses evakuasi mahasiswa Malaysia dari kawasan-kawasan yang terkena dampak buruk bencana asap di Provinsi Riau dan Jambi, Indonesia.
Proses evakuasi ini akan melibatkan mahasiswa Malaysia yang menuntut ilmu di daerah yang telah dinyatakan Darurat Pencemaran Udara oleh Pemerintah Republik Indonesia mulai 23 hingga 30 September 2019.
Keadaan asap di wilayah tersebut berada pada tahap yang sangat membimbangkan dengan jumlah Indeks Pencemaran Udara (IPU) antara 550 – 700 yaitu dalam kategori berbahaya.
Proses evakuasi ini akan dilaksanakan secara bersama oleh Kementerian Luar Negeri dan Badan Pengurusan Bencana Negara (NADMA) serta badan-badan lain yang berkaitan termasuk Majelis Keselamatan Negara (MKN) dan Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM).
Sekarang ini terdapat sekira 300 orang mahasiswa Malaysia di Provinsi Riau dan Jambi. Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta telah mengaktifkan Kantor Operasi bagi memastikan kelancaran proses evakuasi tersebut.*
Konsulat Malaysia di Pekanbaru menjemput puluhan mahasiswa tersebut dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) pada Rabu pagi menggunakan bus pariwisata. Mereka langsung dibawa ke Bandara Pekanbaru, dan dipulangkan dengan pesawat maskapai Air Asia pukul 10.55 WIB tujuan Kuala Lumpur, Malaysia.
Mayoritas mahasiswa tersebut adalah laki-laki. Mereka terlihat menggunakan masker karena kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menyelimuti Kota Pekanbaru.
Terlihat Konsul Malaysia di Pekanbaru, Wan Nurshima Wan Jusoh melepas keberangkatan mahasiswa tersebut. Konsul juga sempat menyampaikan pidato singkat kepada mahasiswa, bahwa pemulangan tersebut adalah keputusan Kerajaan Malaysia karena kondisi darurat pencemaran udara akibat karhutla.
"Evakuasi dilakukan bertahap," kata Wan Nurshima.
Seorang mahasiswa Malaysia, Mohd Badiuzzaman (29) mengatakan sempat sakit ketika asap karhutla sangat pekat menyelimuti Kota Pekanbaru pada tanggal 22 September. Ia mengatakan perkuliahan di kampus UIN Suska juga sudah diliburkan karena kondisi pencemaran asap yang berbahaya.
"Tenggorokan saya terasa sakit karena asap," ujar mahasiswa Fakultas Syariah di UIN Suska itu.
Seorang mahasiswa lainnya, Alya Najeeba, mengatakan akan selama satu minggu pulang ke Malaysia. Ia juga mengeluhkan sakit akibat asap di Pekanbaru.
"Sakit di dada, batuk-batu, sesak nafas," ujar mahasiswi yang sudah dua tahun berkuliah di UIN Suska itu.
Sebelumnya, dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Malaysia, Selasa (24/9), Pemerintah Malaysia menyatakan akan melakukan proses evakuasi mahasiswa Malaysia dari kawasan-kawasan yang terkena dampak buruk bencana asap di Provinsi Riau dan Jambi, Indonesia.
Proses evakuasi ini akan melibatkan mahasiswa Malaysia yang menuntut ilmu di daerah yang telah dinyatakan Darurat Pencemaran Udara oleh Pemerintah Republik Indonesia mulai 23 hingga 30 September 2019.
Keadaan asap di wilayah tersebut berada pada tahap yang sangat membimbangkan dengan jumlah Indeks Pencemaran Udara (IPU) antara 550 – 700 yaitu dalam kategori berbahaya.
Proses evakuasi ini akan dilaksanakan secara bersama oleh Kementerian Luar Negeri dan Badan Pengurusan Bencana Negara (NADMA) serta badan-badan lain yang berkaitan termasuk Majelis Keselamatan Negara (MKN) dan Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM).
Sekarang ini terdapat sekira 300 orang mahasiswa Malaysia di Provinsi Riau dan Jambi. Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta telah mengaktifkan Kantor Operasi bagi memastikan kelancaran proses evakuasi tersebut.*