Cilacap (ANTARA) - Perajin batik tulis yang tergabung dalam Forum Perajin Batik Warna Alam Jawa Tengah mengharapkan adanya bahan baku murah seiring dengan berlakunya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).

"Di sisi lain pemberlakuan ACFTA berdampak buruk bagi pelaku industri kecil, tapi kami berharap era pasar bebas ini memberikan dampak positif terutama dalam hal bahan baku murah," kata Ketua Forum Perajin Batik Warna Alam Jawa Tengah, Tonik Sudarmaji di Cilacap, Sabtu.

Menurut dia, produk China yang masuk pasaran dengan harga murah dapat diasumsikan bahan baku produk tersebut dapat diperjualbelikan dengan harga murah.

Ia mencontohkan, batik China atau konveksi China bermotifkan batik yang mulai masuk pasar Indonesia dengan harga murah. "Mengapa konveksi China bisa dijual dengan harga murah, ini kan menunjukkan jika harga bahan bakunya juga murah," katanya.

Dengan demikian, kata dia, bahan baku pembuatan batik tulis seperti kain, pewarna, dan sebagainya diharapkan dapat diperoleh dengan murah seiring berlakunya ACFTA.

Menurut dia, selama ini perajin batik tulis selalu bekerja mandiri karena bantuan dari pemerintah hanya sekadar pembinaan sehingga sering kali terbentur di tengah persaingan usaha yang cukup ketat.

"Selain berharap adanya bahan baku murah, kami berharap dapat lebih leluasa dalam memasarkan produk batik tulis ke sejumlah negara ASEAN dan China karena kabarnya perizinannya dipermudah," katanya.

Ia juga mengimbau agar perajin benar-benar menjaga motif batik mereka agar tidak dijiplak untuk dijadikan sebagai motif batik cap. "Kalau untuk batik tulis sebenarnya tidak masalah, bahkan bangga karena itu berarti motif batik hasil karya kita dinilai bagus sehingga ditiru," katanya.

Menurut dia, penjiplakan motif batik tulis untuk dijadikan motif batik cap akan mematikan pasar batik tulis karena harga batik cap biasanya jauh lebih murah.

Terkait pengembangan batik tulis agar lebih dikenal masyarakat, Tonik mengatakan, Forum Perajin Batik Warna Alam Jawa Tengah akan meluncurkan motif batik pewarnaan alam di Semarang pada Juni mendatang.(*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024