Jakarta (ANTARA) - Umat Hindu mempersiapkan diri menyambut Tahun Baru Saka 1932 dengan menjalankan ritual keagamaan Catur Brata Penyepian.
Siaran pers Panitia Nasional Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1932, yang diterima di Jakarta, Senin, menyebutkan, Catur Brata Penyepian yang dilaksanakan Selasa (16/3) merupakan puncak dari rangkaian ritual menyambut datangnya Tahun Baru Saka.
Catur Brata atau Empat Brata Penyepian dilakukan dengan empat langkah yaitu amati karya atau tidak melaksanakan kegiatan, amati gni atau tidak menyalakan api, amati lelungan atau tidak keluar rumah, dan amati lelanguan atau tidak menikmati hiburan.
Dengan Catur Brata, umat diharapkan lebih siap melakukan tapa brata atau samadhi sebagai cara melakukan introspeksi dan menyiapkan diri memasuki tahun yang baru.
Selama satu hari penuh (16/3), umat Hindu akan mengisi keheningan dengan berpuasa dan berpantang sebagai bentuk untuk mengendalikan hawa nafsu.
Dalam Lontar Sundarigama, salah satu naskah kuno yang menjelaskan hari-hari raya Hindu di Indonesia, dijelaskan bahwa pada Hari Raya Nyepi tidak dibenarkan melakukan pekerjaan, berapi-api, karena mereka yang tahu hakekat agama, melaksanakan samadhi, tapa, yoga, memusatkan pikiran menuju keheningan sejati.
Sebelumnya umat Hindu telah melakukan serangkaian ritual keagamaan dalam menyambut Tahun Baru Saka 1932 sebelum puncak perayaan Nyepi dan upacara menyambut dimulainya kehidupan baru atau tahun baru yang disebut sebagai Ngembak Gni, dilaksanakan setelah Catur Brata atau Rabu (17/3).
Serangkaian ritual keagamaan itu yakni upacara Melasti, yakni upacara yang dilaksanakan satu minggu atau paling lambat dua hari sebelum hari Raya Nyepi yang bertujuan untuk menyucikan alam semesta dari segala kejahatan yang telah terjadi selama satu tahun ini, dan biasanya diadakan di laut atau segara sebagai simbol sumber kehidupan berasal dari air.
Selain itu, pada Senin pagi juga diadakan upacara Tawur Agung Kesanga di pura tertua di Jakarta, Pura Aditya Jaya, di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, yaitu upacara korban suci dengan memberikan caru berupa sesajen untuk penguasa semesta supaya mengharmoniskan kembali situasi alam raya.
Pada Senin sorenya diadakan Pawai Ogoh-Ogoh di sekitar Monumen Nasional (Monas), diperkirakanan nanti akan ada 15 ogoh-ogoh, yaitu patung raksasa simbol dari kejahatan, dosa, dan keserakahan, yang nantinya akan dibakar sebagai simbol musnahnya berbagai kejahatan.(*)