Jayapura, Papua (ANTARA) - Sejumlah warga dengan berbagai latar belakang di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Selasa petang hingga malam menyalakan lilin guna memperingati hari HAM Internasional, 10 Desember 2019.
Acara pemasangan lilin yang digelar di halaman Kantor Bupati Jayawijaya itu sebagai tanda belasungkawa atas korban kekerasan dan korban pelanggaran HAM di Bumi Cenderawasih yang dipandu Sekretaris FKUB Kabupaten Jayawijaya, Pendeta Aleksander Mauri.
Ketua FKUB Kabupaten Jayawijaya Pendeta Esmon Walilo memimpin doa sebagai tanda aktivitas itu dimulai sebagaimana keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jayapura, Selasa malam.
Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan oleh Ketua Pemerhati Hak Asasi Manusia Papua, Theo Hesegem, dan Pastor Jhon Jongga si peraih penghargaan Yap Thiam Hien pada 2009.
"Setiap manusia layak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pada hari HAM ini, saya mau mengajak kita semua untuk saling menghargai dan menghormati hak hidup untuk semua orang. Dan saling mengasihi satu sama yang lain, sekalipun dari pandangan manusia kita berbeda tetapi pandangan Tuhan kita sama di hadapanNya," kata Hasegem.
"Mari kita memusuhi kekerasan dan kekejaman yang berujung menghilangkan nyawa manusia. Kita juga menghargai karya Tuhan Allah yang menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya," katanya.
Sementara itu, Jongga memaparkan tentang kasus Nduga yang telah menelan korban sebanyak 255 jiwa, namun hingga kini belum ada penanganan yang baik oleh pemerintah, padahal kasus itu sudah dilaporkan ke sejumlah pemangku kepentingan, di antaranya kepada panglima TNI, kepala Kepolisian Indonesia, Komnas HAM pusat dan beberapa institusi lain.
"Kami sangat kecewa dengan sikap pemerintah yang sangat lamban menangani kasus Nduga hingga mengalami korban jiwa yang cukup banyak," katanya.
Jongga juga menyinggung soal kegiatan seminar yang mengusung tentang bahaya minuman keras dan narkoba yang tidak terlaksana dengan baik, karena warga takut datang mengikuti kegiatan yang digelar di Gedung Ukumeraik Asso.
"Akhinya hanya sedikit orang saja yang ikut hadir merayakan hari ulang tahun HAM Internasional. Masyarakat mau datang namun aparat berjaga begitu berlebihan di pintu masuk dan halaman gedung sehingga peserta yang hendak mau ikut kegiatan yang dimaksud memilih pulang," katanya.
Berkaitan dengan hari HAM internasional pada 10 Desember 2019 ini, dia mendesak pemerintah pusat segera menangani dan menyelesaikan seluruh kasus dugaan pelanggaran HAM di Papua. "Kami berharap ada keseriusan dari pemerintah untuk megungkap semua persoalan HAM di Papua, termasuk penyelesaian kasus Nduga," katanya.
Acara pemasangan lilin yang digelar di halaman Kantor Bupati Jayawijaya itu sebagai tanda belasungkawa atas korban kekerasan dan korban pelanggaran HAM di Bumi Cenderawasih yang dipandu Sekretaris FKUB Kabupaten Jayawijaya, Pendeta Aleksander Mauri.
Ketua FKUB Kabupaten Jayawijaya Pendeta Esmon Walilo memimpin doa sebagai tanda aktivitas itu dimulai sebagaimana keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jayapura, Selasa malam.
Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan oleh Ketua Pemerhati Hak Asasi Manusia Papua, Theo Hesegem, dan Pastor Jhon Jongga si peraih penghargaan Yap Thiam Hien pada 2009.
"Setiap manusia layak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pada hari HAM ini, saya mau mengajak kita semua untuk saling menghargai dan menghormati hak hidup untuk semua orang. Dan saling mengasihi satu sama yang lain, sekalipun dari pandangan manusia kita berbeda tetapi pandangan Tuhan kita sama di hadapanNya," kata Hasegem.
"Mari kita memusuhi kekerasan dan kekejaman yang berujung menghilangkan nyawa manusia. Kita juga menghargai karya Tuhan Allah yang menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya," katanya.
Sementara itu, Jongga memaparkan tentang kasus Nduga yang telah menelan korban sebanyak 255 jiwa, namun hingga kini belum ada penanganan yang baik oleh pemerintah, padahal kasus itu sudah dilaporkan ke sejumlah pemangku kepentingan, di antaranya kepada panglima TNI, kepala Kepolisian Indonesia, Komnas HAM pusat dan beberapa institusi lain.
"Kami sangat kecewa dengan sikap pemerintah yang sangat lamban menangani kasus Nduga hingga mengalami korban jiwa yang cukup banyak," katanya.
Jongga juga menyinggung soal kegiatan seminar yang mengusung tentang bahaya minuman keras dan narkoba yang tidak terlaksana dengan baik, karena warga takut datang mengikuti kegiatan yang digelar di Gedung Ukumeraik Asso.
"Akhinya hanya sedikit orang saja yang ikut hadir merayakan hari ulang tahun HAM Internasional. Masyarakat mau datang namun aparat berjaga begitu berlebihan di pintu masuk dan halaman gedung sehingga peserta yang hendak mau ikut kegiatan yang dimaksud memilih pulang," katanya.
Berkaitan dengan hari HAM internasional pada 10 Desember 2019 ini, dia mendesak pemerintah pusat segera menangani dan menyelesaikan seluruh kasus dugaan pelanggaran HAM di Papua. "Kami berharap ada keseriusan dari pemerintah untuk megungkap semua persoalan HAM di Papua, termasuk penyelesaian kasus Nduga," katanya.