Mataram (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara melalui program tanggung jawab sosial lingkungan membantu Kelompok Ternak Ndeq Ulak Ngawis di Kelurahan Pagutan Barat, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, untuk memanfaatkan limbah sayuran menjadi pakan ternak alternatif.
General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara, Wahidin di Mataram, Senin, mengatakan pihaknya sangat antusias melihat perkembangan dan capaian Kelompok Ndeq Ulak Ngawis, yang dari awal terus melakukan perbaikan dan menunjukkan perkembangan yang signifikan terkait pengembangan pakan alternatif yang mereka lakukan.
"Program tanggung jawab sosial lingkungan yang dilakukan oleh PLN diselaraskan dengan agenda besar pemerintah daerah melalui misi NTB bumi sejuta sapi, sehingga ke depan masyarakat ternak mampu menciptakan populasi ternak yang optimal," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya merespons beberapa kendala yang dihadapi oleh masyarakat sekitar, terutama kelompok ternak yang tumbuh di wilayah yang tidak memiliki lahan luas dan hamparan hijau yang merupakan sumber pakan utama untuk peternakan hewan ternak.
Seiring berjalannya proses, kata Wahidin, potensi yang muncul dari aktivitas program bantuan tersebut tidak bertumpu pada penggemukan hewan ternak saja, melainkan memunculkan potensi pengembangan usaha kecil dan menengah melalui terobosan penggunaan teknologi yang mampu menghasilkan pakan alternatif dari pemanfaatan limbah organik menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomis.
"Ke depan kami akan tetap berkolaborasi dengan stakeholder terkait, untuk dapat menjawab tantangan dan menghadirkan asas kemanfaatan bagi masyarakat, melalui program-program yang berwawasan lingkungan, program pendidikan, pengembangan usaha kecil dan menengah, yang tentunya memiliki dampak berkelanjutan," ujarnya.
Ketua Kelompok Ternak Ndeq Ulak Ngawis I Nengah Bagiarte, mengatakan pihaknya mengembangkan teknologi pakan ternak alternatif dengan sistem fermentasi yang bersumber dari bahan baku limbah organik berupa sayur mayur, bonggol dan pohon jagung, jerami, kulit ubi dan pisang, hingga ampas tahu.
Pengembangan pakan tersebut merupakan salah satu solusi pakan murah untuk meningkatkan kualitas penggemukan ternak untuk masyarakat peternak yang selama ini bertumpu pada penggunaan pakan hijauan. Pada prosesnya, kata dia, pakan alternatif itu melalui uji kualitas dan kandungan pakan melalui kerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram melalui uji laboratorium pakan.
"Saat ini, pakan tersebut telah diuji coba pada 25 ekor sapi ras (jenis simental, limosin, angus dan berangus) dengan hasil rata-rata kenaikan bobot ternak dua kilogram per hari," katanya.
Bagiarte mengaku dirinya bersama anggota kelompok yang beranggotakan 20 orang sedang mengolaborasikan hasil pengembangan pakan alternatif kelompoknya melalui kerja sama dengan salah satu perusahaan ternak yang ada di Lombok guna meningkatkan kualitas pakan.
Baca juga: Terapkan "electrifying agriculture", petani bawang di Bima tekan biaya operasional
Baca juga: PLN pamerkan upaya kurangi emisi karbon di SOE International Conference
"Saya sangat berterima kasih kepada PLN yang telah mendukung pengembangan kelompok kami, mulai dari bantuan peralatan dan bahan-bahan yang kami gunakan, sehingga kami mampu mengolah limbah-limbah yang sebelumnya memiliki nilai guna yang sangat kecil sehingga saat ini memiliki nilai ekonomi dan kemanfaatan yang sangat bagus," ujarnya.