Terapkan "electrifying agriculture", petani bawang di Bima tekan biaya operasional

id PLN,Petani Bawang,Electrifying Agriculture

Terapkan "electrifying agriculture", petani bawang di Bima tekan biaya operasional

Petani bawang di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, NTB. (ANTARA/HO-PLN)

Bima (ANTARA) - PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat terus mengimplementasikan program Electrifying Agriculture yang terbukti memberikan dampak positif bagi petani. Salah satunya dengan pemasangan lampu di lahan pertanian bawang merah untuk mengusir hama. 

Melalui metode ini, penggunaan pestisida sebagai zat kimia pengusir hama berkurang dan mampu menekan hampir 50 persen biaya operasional. Kelompok Tani So Lolu dan So Wawo Rasa yang berada di Desa Parangina, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima merupakan kelompok tani yang memanfaatkan program ini.

Mohammad Ali, salah satu petani yang tergabung dalam kelompok tani So Lolu menjelaskan bahwa penggunaan lampu ini sangat bermanfaat dan berguna bagi dirinya selaku petani dan mengurangi modal dalam rangka menambah perekonomian atau menambah pendapatan petani bawang merah

"Ketika kita perbandingkan, dengan atau tidak menggunakan lampu, sangat jauh berbeda. Ketika sudah mnggunakan lampu, 1 kali bayar tidak sampai 1 juta untuk sekali panen. Penghematan luar biasa dari sisi biaya," ujar Ali.

Sementara itu, Raflin, salah satu anggota Kelompok Tani So Wawo Rasa mengungkapkan  hampir 80 persen petani bawang di Desa Parangina saat ini telah menggunakan lampu. Hal ini karena manfaatnya telah dirasakan langsung oleh para petani, yakni bisa mengurangi dan menghemat terkait penggunaan pestisida ataupun pengeluaraan anggaran untuk  petani. 

Kelompok Tani So Wawo Rasa sendiri beranggotakan 40 orang petani. Sebelumnya, Raflin mengeluarkan uang untuk membeli  pestisida sebanyak Rp6 juta, bahkan lebih. Namun, setelah penggunaan lampu, pengeluarannya berkurang, bahkan mencapai 60 persen dari sebelumnya.

"Dari pengeluaran 6 juta, maksimal sekarang hanya 2 juta-an saja. Kira kira kita bisa hitung dengan kasat mata, untuk Kelompok Tani So Wawo rasa, hematnya 4 juta dikali 40 orang petani, totalnya 160 juta per kelompok. Belum lagi kelompok kelompok lain," tutur Raflin.

Raflin juga mengungkapkan terima kasihnya kepada PLN, karena dengan adanya lampu di lahan pertanian bawang merah ini bisa mengurangi beban pengeluaran untuk membeli pestisida dan lain lain.

Baca juga: PLN pamerkan upaya kurangi emisi karbon di SOE International Conference
Baca juga: PLN NTB siapkan sistem suplai listrik berlapis WSBK Mandalika


Sementara itu, Muhammad Akbar, Camat Sape mengungkapkan dampak di sektor lain yang dirasakan oleh masyarakat semenjak masuknya electrifying agriculture. 

"Sekarang kami punya wisata lampu di Desa Parangina, dan ini sangat luar biasa. UMKM kami akan bergeliat karena akan ada lapak penjual kopi, makanan ringan. Jadi bukan hanya meningkatkan taraf petani saja, tapi juga masyarakat sekitar karena ada destinasi baru yang terbentuk. Orang dari mana mana akan menikmati wisata lampu ini," ucap Akbar.

Sementara itu, Achmad Santosa, Manager PLN Unit Layanan Pelanggan Sape menjelaskan dukungan yang diberikan oleh PLN dalam penerapan Electrifying Agriculture ini berupa pemasangan empat unit Stasiun Pengisian Listrik Umum dengan kapasitas 2 unit kapasitas 2200 VA dan 2 unit kapasitas 5.500 VA. 

"PLN melihat adanya potensi untuk membantu masyarakat di Sape yang hampir 70 persen penduduknya adalah petani. Hal ini juga selaras dengan misi PLN untuk menjadi pendorong ekonomi, khususnya di Sape," kata Santosa. 

Program Electrifying Agriculture merupakan bagian dari semangat transformasi PLN pilar Customer Focus dan Innovative dalam meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau dan andal untuk masyarakat indonesia, khususnya di sektor pertanian.