Penurunan nilai tukar petani NTB akibat fluktuasi harga komoditas pertanian

id nilai tukar petani,ntp mei 2025,ntup mei 2025,nusa tenggara barat,fluktuasi harga

Penurunan nilai tukar petani NTB akibat fluktuasi harga komoditas pertanian

Seorang petani menanam padi di Mataram, NTB, Selasa (10/10/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat nilai tukar petani (NTP) NTB pada September 2023 sebesar 118,08 persen mengalami kenaikan 2,12 persen dibanding dengan NTP Agustus 2023 di mana kenaikan tersebut dikarenakan adanya kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 2,23 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,22 persen. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/tom. (ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI)

Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan penurunan nilai tukar petani dan nilai tukar usaha rumah tangga pertanian pada Mei 2025 terjadi akibat fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani.

Kepala BPS NTB Wahyudin mengatakan nilai tukar petani (NTP) sebesar 122,36 atau turun 2 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya, sedangkan nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) bertengger pada angka 125,02 atau turun 2,85 persen dibandingkan April 2025.

"Penurunan NTP karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 2,45 persen, lebih dalam dari penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,46 persen," ujarnya dalam pernyataan di Mataram, Selasa.

Baca juga: Nilai Tukar Petani di NTB naik 1,94 persen

Wahyudin menjelaskan penurunan nilai tukar petani terutama disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani akibat menurunnya harga komoditi-komoditi yang diterima petani pada subsektor tanaman pangan dan hortikultura.

Berbagai komoditas pertanian, seperti gabah, bawang putih, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit mengalami penurunan karena di beberapa daerah masih mengalami musim panen.

"Di samping itu, pasokan komoditas yang sama dari luar daerah masih masuk," kata Wahyudin.

Baca juga: Nilai tukar petani di NTB tercatat turun 2,62 persen

NTP bernilai di atas 100 untuk semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 115,36; subsektor hortikultura sebesar 198,10; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 111,81; subsektor peternakan sebesar 110,42; dan subsektor perikanan sebesar 106,81.

Lebih lanjut Wahyudin menyampaikan bahwa penurunan NTUP dipicu lantaran indeks harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan penambahan barang modal, seperti bibit bawang merah, bibit sapi, bakalan sapi, bakalan kerbau dan upah membajak mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen,"

"Beberapa daerah sudah memasuki musim tanam, sehingga kebutuhan tenaga kerja meningkat," pungkasnya.

Baca juga: Nilai tukar petani di NTB naik 1,46 persen

Baca juga: Nilai tukar petani di NTB naik 1,17 persen

Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.