Nilai tukar petani di NTB naik 1,46 persen
Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut Nilai Tukar Petani atau NTP di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 122,27 poin pada November 2024 atau naik 1,46 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Secara umum Nilai Tukar Petani di Nusa Tenggara Barat terjadi peningkatan dibandingkan Oktober 2024 dengan nilai tukar petani 120,52," kata Kepala BPS NTB Wahyudin, di Mataram, Senin.
Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. Indeks itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Baca juga: Nilai tukar petani di wilayah NTB naik 2,17 persen
Wahyudin menuturkan nilai tukar petani yang berada di atas angka 100 menandakan kegiatan pertanian masih menguntungkan bagi petani.
Kenaikan nilai tukar petani NTB terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani naik sebesar 2,05 persen. Angka itu lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,59 persen.
Komoditas penyumbang indeks harga terima petani adalah bawang merah, gabah, tembakau, tomat, dan ayam ras pedaging. Sedangkan, komoditas penyumbang indeks harga bayar petani berupa bawang merah, tomat sayur, tongkol, jeruk, dan kacang panjang.
Baca juga: BPS sebut nilai Tukar Petani pada Mei 2024 turun
Dari lima subsektor nilai tukar petani terdapat tiga yang mengalami peningkatan, yaitu hortikultura naik sebesar 13,84 persen dari Oktober 2024 berjumlah 139,89 poin menjadi 159,25 poin pada November 2024, subsektor tanaman perkebunan rakyat juga naik 2,74 persen, dan subsektor perikanan naik 0,86 persen.
Pada November 2024, BPS mencatat terjadi kenaikan indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) di NTB sebesar 0,84 persen yang disebabkan kenaikan indeks kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau; kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Kemudian kenaikan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga; kelompok kesehatan; kelompok transportasi; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
"Nilai tukar usaha rumah tangga pertanian Nusa Tenggara Barat pada November 2024 sebesar 123,88 atau naik 1,94 persen dibandingkan bulan sebelumnya," kata Wahyudin pula.
Baca juga: BPS: Pertumbuhan nilai tukar petani di NTB alami peningkatan
"Secara umum Nilai Tukar Petani di Nusa Tenggara Barat terjadi peningkatan dibandingkan Oktober 2024 dengan nilai tukar petani 120,52," kata Kepala BPS NTB Wahyudin, di Mataram, Senin.
Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. Indeks itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Baca juga: Nilai tukar petani di wilayah NTB naik 2,17 persen
Wahyudin menuturkan nilai tukar petani yang berada di atas angka 100 menandakan kegiatan pertanian masih menguntungkan bagi petani.
Kenaikan nilai tukar petani NTB terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani naik sebesar 2,05 persen. Angka itu lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,59 persen.
Komoditas penyumbang indeks harga terima petani adalah bawang merah, gabah, tembakau, tomat, dan ayam ras pedaging. Sedangkan, komoditas penyumbang indeks harga bayar petani berupa bawang merah, tomat sayur, tongkol, jeruk, dan kacang panjang.
Baca juga: BPS sebut nilai Tukar Petani pada Mei 2024 turun
Dari lima subsektor nilai tukar petani terdapat tiga yang mengalami peningkatan, yaitu hortikultura naik sebesar 13,84 persen dari Oktober 2024 berjumlah 139,89 poin menjadi 159,25 poin pada November 2024, subsektor tanaman perkebunan rakyat juga naik 2,74 persen, dan subsektor perikanan naik 0,86 persen.
Pada November 2024, BPS mencatat terjadi kenaikan indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) di NTB sebesar 0,84 persen yang disebabkan kenaikan indeks kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau; kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Kemudian kenaikan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga; kelompok kesehatan; kelompok transportasi; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
"Nilai tukar usaha rumah tangga pertanian Nusa Tenggara Barat pada November 2024 sebesar 123,88 atau naik 1,94 persen dibandingkan bulan sebelumnya," kata Wahyudin pula.
Baca juga: BPS: Pertumbuhan nilai tukar petani di NTB alami peningkatan