COKELAT HITAM DAPAT TURUNKAN TEKANAN DARAH

id

     Jakarta (ANTARA) - Mengkonsumsi satu dosis kakao atau cokelat hitam per hari, dapat memmicu penurunan tekanan darah secara perlahan, meskipun dalam periode yang singkat.

     Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 20 penelitian selama sepuluh tahun terakhir, para ilmuwan menemukan bahwa orang yang mengkonsumsi produk kakao setiap hari selama beberapa minggu, akan mengalami penurunan tekanan darah sekitar dua atau tiga poin.

     "Menurut saya, mengkonsumsi sedikit cokelat hitam tidak lah buruk, namun sebaiknya Anda tidak mengkonsumsi cokelat secara berlebihan juga," ujar ahli kardiologi dari University of Michigan Health Systems di Ann Arbor, Elizabeth Jackson.

     Untuk menganalisa hal ini, para peneliti dari Australia mencari sumber data secara online, untuk melakukan uji coba secara acak dengan melakukan perbandingan.

     Perbandingan ini dilakukan antara orang-orang yang memakan kakao yang banyak mengandung flavanol, dengan orang-orang yang memakan kakao yang mengandung sedikit flavanol.

     Dari 20 penelitian yang dilakukan, para ilmuwan juga melakukan wawancara kepada para responden yang secara keseluruhan terbukti sehat dalam kurun waktu dua hingga 18 minggu.

     Responden yang tergabung dalam penelitian ini berjumlah 856 orang. 429 responden memakan cokelat sekitar 3 gram sampai 100 gram per hari. Dalam cokelat atau kakao yang mereka konsumsi, terkandung flavanol sekitar 30 mg sampai 1080 mg.

     Sementara itu, 427 responden sisanya termasuk orang-orang yang mengkonsumsi produk cokelat atau kakao rendah flavanol, atau bahkan tidak mengandung flavanol sama sekali.

     Hasilnya, responden yang mengkonsumsi produk cokelat atau kakao yang tinggi flavanol mengalami penurunan tekanan darah sistolik hingga 2,8 mm Hg, sementara untuk tekanan darah distolik mengalami penurunan hingga 2,2 mm Hg.

     Namun, para peneliti tidak dapat memberi tahu efek dari konsumsi kakao dan cokelat hitam terhadap tekanan darah, bila dikonsumsi lebih dari satu bulan atau selama bertahun-tahun.

     Para peneliti belum dapat menghubungkan flavanol dengan serangan jantung atau risiko penyakit stroke.

(*)