Akademisi Untan sebut G20 momentum kenalkan energi hijau

id Hmni, g20, kalbar

Akademisi Untan sebut G20 momentum kenalkan energi hijau

Akademisi Universitas Tanjuangpura (Untan) Pontianak, Dr Netty Herawati, M.Si (ANTARA/Dedi)

Pontianak (ANTARA) - Akademisi Universitas Tanjuangpura (Untan) Pontianak, Kalimantan Barat, Dr Netty Herawati, M.Si menilai perhelatan KTT G20 adalah momentum Indonesia untuk mengenalkan potensi energi hijau di negeri ini sebagai sumber energi ramah lingkungan masa depan.

"Pemerintah telah melakukan persiapan yang bagus untuk menyelenggarakan KTT G20 di Bali. Ini bisa menjadikan momentum komitmen Indonesia memanfaatkan energi hijau," ujarnya di Pontianak, Senin.

NEtty yang juga merupakan pendiri Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) mengatakan bahwa Indonesia punya cadangan bahan bakar nuklir melimpah yakni uranium dan thorium yang kini belum dimanfaatkan sebagai energi hijau. Kalbar sendiri memiliki cadangan uranium yang potensial.

"Dengan energi hijau bisa memitigasi perubahan iklim yang disebabkan oleh kenaikan suhu bumi. Penggunaan energi hijau adalah bersih bebas emisi karbon," kata Netty.

Ia menjelaskan memanfaatkan teknologi nuklir tentu dengan tujuan kesejahteraan dan perdamaian umat manusia, bukan untuk menghancurkan umat manusia dan peradabannya. "Momen G20 ini bisa sekaligus mengajak negara-negara G20 untuk berlomba berinvestasi di bidang industri nuklir membangun PLTN generasi keempat di negara-negara berkembang, termasuk di negara Indonesia," jelasnya.

Baca juga: Presiden AS Joe Biden tiba hadiri KTT G20 di Bali
Baca juga: Jokowi: 17 kepala negara hadiri KTT G20 di Bali, sangat menggembirakan


Menurutnya, diketahui bahwa saat ini sedang terjadi perubahan di mana negara-negara yang menutup PLTN sebagai akibat kecelakaan Chernobyl dan Fukushima kini ada yang berwacana untuk balik kembali membangun dan memakai PLTN.

"Sekarang dunia sedang berlomba untuk mulai membangun PLTN dengan teknologi dan disain generasi mutakhir, generasi keempat, yang sudah sangat aman menjamin kecelakaan seperti yang pernah terjadi di Chernobyl dan Fukushima tidak akan terjadi lagi dan masa pembangunannya lebih singkat dan listriknya menyala 24 jam," jelas Netty.