Sumbawa Barat (ANTARA) - Hamparan persawahan diselingi kebun berpagar pohon banten menghiasi perkampungan di perbukitan yang berada pada ketinggian 630 meter di atas permukaan laut. Tak jauh dari lokasi itu tampak rumah-rumah panggung berjejer rapi.
Pepohonan hijau yang mengelilingi perkampungan dan hawa dingin khas pegunungan terasa kental dengan nuansa perdesaan. Kehidupan warganya yang tetap mempertahankan tradisi leluhur menciptakan suasana damai dan harmonis.
Desa Mantar merupakan salah satu desa yang masuk wilayah Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, yang berada di atas punggung bukit pada ketinggian 630 meter di atas permukaan laut. Sejatinya desa wisata Bukit Mantar menyimpan sejuta pesona.
Sejauh mata memandang yang tersaji adalah keindahan. Ddesa wisata Bukit Mantar menyajikan perpaduan panorama alam yang memesona dan hawa dingin khas pergunungan.
Memandang ke arah barat kita bisa menyaksikan gugusan pulau dan keindahan pemandangan alam dengan latar belakang Pulau Lombok dan Selat Alas.
Pesona lain yang bisa dinikmati dari atas punggung bukit Mantar adalah Pulau Panjang yang membentang seakan membelah laut Perairan Selat Alas.
Dari punggung bukit itu kita juga bisa memandang Gunung Rinjani yang terkenal di dunia karena keindahan dan keunikannya.
Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut merupakan salah satu objek wisata andalan NTB.
Dari puncak bukit Mantar kita juga bisa menikmati gugusan pulau-pulau kecil yan dikenal dengan sebutan "Gili Balu" (delapan pulu kecil).
Pulau-pulau yang tak berpenghuni itu adalah Pulau Kenawa, Pulau Mendaki, Pulau Paserang, Pulau Belang, Pulau Ular, Pulau Nako dan Pulau Kalong.
Pulau Kenawa dengan luas 3,80 hektare dan panjang pantai 1,73 kilometer kini cukup dikenal wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
Pulau Kenawa hanya berjarak 1,63 kilometer dari daratan Pulau Sumbawa. Pulau yang dihiasi padang sabana itu telah dilengkapi fasilitas pennginapan dan pelabuhan wisata.
Karena itu Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah menetapkan Desa Mantar menjadi "desa budaya" yang menjadi magnet wisata di "Bumi Undru" (nama lain Kabupaten Sumbawa Barat).
Kendati berada di wilayah terisolir, Mantar merupakan salah satu desa yang cukup dikenal di tingkat nasional, karena desa ini pernah menjadi lokasi pengambilan gambar film "Serdadu Kumbang" garapan sutradara kondang Ari Sihasale yang mengisahkan tentang kehidupan tiga bocah yang hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Tokoh masyarakat yang juga Ketua Adat Desa Mantar M Nasir B mengisahkan konon penduduk Desa Mantar merupakan keturunan dari bangsa Portugis yang kapalnya terdampar dan rusak di perairan pantai di bawah Bukit Mantar tahun 1814 silam yang kini masuk wilayah Desa Tuananga, Kecamatan Poto Tano.
Para penumpang kapal itu terpaksa menetap di Desa Kuang Buser dan Tuananga. Kemudian mereka mendaki lereng bukit dan akhirnya menetap di pucak bukit berketinggian 630 meter di atas permukaan laut yang kini menjadi Desa Mantar.
Untuk menjangkau desa di perbukitan Mantar itu menempuh medan cukup berat. Jalan dengan terjal dan berkelok-kelok menambah sulitnya menjangkau desa yang berada di puncak bukit itu.
Jalan menuju Desa Mantar hanya bisa dilalui kenderaan dengan tenaga penggerak empat roda atau "four wheel drive (4WD ) atau 4X4.
Nasir mengakui kehidupan masyarakat Desa Mantar belum seperti yang diharapkan. Sebagian besar warga desa hanya menggantungkan hidup dari bertani dan berternak yang hasilnya terkadang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kondisi kehidupan sebagian warga Desa Mantar itu memang belum seperti desa lainnya yang relatif lebih maju. Mereka hanya mengandalkan hasil bertani dari lahan kering dan beternak sapi serta kuda.
Namun Desa Mantar menyimpan segudang potensi. Panorama alam yang memesona dan kehidupan warga yang masih tetap mempertahankan kearifan lokal menjadi daya tarik wisata.
Desa Mantar yang sebelumnya terisolir di puncak bukit dan sulit dijangkau, kini semakin dikenal tidak saja di level nasional, tetapi juga internasional.
Di ketinggian 630 meter di atas permukaan laut Desa Mantar kini telah dibangun landasan paralayang dan sejumlah fasilitas penunjang lainnya menggunakan anggaran yang bersumber dari dan tangggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Newmont Nusa Tenggara (NNT).
Pembina Mantar Paragliding West Sumbawa Zaidul Bahri mengatakan pada 21-23 November 2015 telah digelar kejuaraan paralayang tingkat internasional yang diikuti tujuh negara, termasuk sejumlah atlet nasional, di antaranya aktor papan atas Al Arthur Muchtar atau yang lebih dikenal dengan sapaan Bucek Deep.
Zaidul Bahri yang juga General Supervisor Social Responsibility (SR) PTNNT menuturkan pada 2016 juga akan digelar beberapa event tingkat nasional dan internasional di objek wisata olahraga dirgantara Desa Mantar, antara lain seri III Paralayang Trip of Indonesia (Troi) yang dilaksanakan pada 1 hingga 4 November 2016.
Desa Mantar memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi para penggila olahraga paralayang. Terbang melayang di atas bukit Mantar memberikan sensansi luar biasa.
Manajemen PT Newmont Nusa Tenggara berkomitmen untuk membantu mengembangkan sektor pariwisata, termasuk destinasi wisata Desa Mantar yang kini semakin dikenal setelah menjadi lokasi kejuaraan olahraga paralayang.
"Kami tidak akan memberikan bantuan dana untuk masyarakat Desa Mantar. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)," kata Kepala Komunikasi Korporat PT Newmont Rubi W Purnomo.
Program CSR
Rubi mengatakan bentuk program CRS tak hanya bantuan dana, tetapi berupa fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat.
"Jadi kita tidak memberikan ikan, tetapi kail atau pancing," ujarnya.
Ia berjanji untuk menunjang pengembangan Desa Mantar sebagai salah satu destinasi unggulan. Pihaknya akan mendorong lebih sering lagi digelar kejuaraan olahraga dirgantara, termasuk paralayang.
"Dengan kian ramainya wisatawan berkunjung ke Desa Mantar, maka perekonomian masyarakat akan semakin berkembang. Masyarakat bisa mengais rezeki dari kehadiran para wisatawan," kata Rubi.
Karena itu Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat kini akan terus mengembangkan objek wisata, terutama Desa Mantar yang kini kian dikenal.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumbawa Barat Taufiqurrahman menyatakan untuk mendukung Desa Mantar sebagai destinasi wisata pihaknya akan membangun fasilitas penunjang.
"Kami sudah memperbiki jalan menuju Desa Mantar guna memudahkan masyarakat dan para wisatawan menjangkau objek wisata tersebut. Jarak sejauh 10 kilometer menuju Mantar kini bisa ditempuh dalam waktu 30 menit, sebelumnya mencapai lebih 1 jam," katanya.
Ia mengatakan para tamu yang berkunjung bisa menginap di rumah penduduk, termasuk untuk makan dan minum para wisatawan. Warga bisa menyuguhkan kuliner khas Mantar.
Konsep pembangunan pariwisata di Desa Budaya Bukit Mantar ini akan mengedepankan pariwisata berbasis masyarakat, artinya para wisatawan yang berkunjung ke desa ini bisa menginap di rumah penduduk yang berfungsi sebagai homestay.
Ini akan menjadi sumber pendapatan masyarakat, karena para wisatawan akan membayar penginapan dan makanan yang disuguhkan untuk para wisatawan. Dengan cara ini masyarakat benar-benar akan menikmati dampak pariwisata.
Objek wisata budaya Bukit Mantar menawarkan suasana perdesaan yang penuh kedamaian. Tak ada hotel bintang atau restoran mewah, para tamu yang menginap akan disuguhi menu makanan khas Sumbawa, seperti "sepat" dan "singang" (masakan berbahan ikan). (*)
Bukit Mantar Magnet Wisata "Bumi Undru"
...Pepohonan hijau yang mengelilingi perkampungan dan hawa dingin khas pegunungan terasa kental dengan nuansa perdesaan. Kehidupan warganya yang tetap mempertahankan tradisi leluhur menciptakan suasana damai dan harmonis".