Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Jumhari menyampaikan Betandak Dangkong menjadi ajang diplomasi budaya dengan pelibatan penari dari negara-negara lain, seperti Malaysia dan Singapura.
"Betandak Dangkong yang digelar malam ini (30/8)) mengembalikan khasanah aslinya , yaitu tari pergaulan. Kegiatan ini juga membuktikan ekosistem Dangkong mampu menembus teritorinya, terbukti dari keikutsertaan penari asal Malaysia dan Singapura dan seterusnya akan menjadi diplomasi budaya," katanya dalam siaran pers diterima di Jakarta, Sabtu.
Hal tersebut dia sampaikan dalam kegiatan Betandak Dangkong Ke-2 2024 di Karimun, Kepulauan Riau pada Jumat (31/8) malam. Kegiatan tersebut pertama kali digelar pada 2023 di Gang Awang Nur Karimun.
Dia menjelaskan Dangkong merupakan interaksi kesenian pergaulan rakyat yang tumbuh dari dasar elemen sosial. Kehadiran Dangkong menciptakan ruang publik yang mempertemukan semua lapisan masyarakat, dari level umum hingga khusus.
Demi menghadiri Betandak Dangkong itu, masyarakat Karimun beramai-ramai menuju Lapangan Leho yang tidak jauh dari Jembatan Sanur Karimun.
Mereka berkumpul dengan setelan baju kurung Melayu terbaiknya. Tidak berselang lama, puluhan penari melewati barisan penonton. Mereka berasal dari beragam daerah, mulai dari kabupaten/kota di Kepulauan Riau, Pulau Sumatera, Bali, hingga Singapura dan Malaysia.
Tabuh gendang dan bunyi gong menjadi nyawa tarian tersebut dan menginspirasi terbentuknya nama Dangkong.
Pada 2015, Joget Dangkong diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Kebudayaan RI. Joget Dangkong awalnya merupakan hiburan keliling yang disajikan di perkampungan nelayan Melayu. Dangkong juga tarian pergaulan bagi masyarakat Melayu pesisir di Kepulauan Riau. Ciri khas Joget Dangkong adalah penari menari dengan sesuka hati.
Dalam kesempatan yang sama, Jumhari juga mengungkapkan rasa bangga terhadap komunitas sanggar yang dibangun oleh anak-anak milenial. Komunitas itu dibentuk atas dasar kesadaran melestarikan kebudayaan di tengah badai modernisasi.
Selain itu, Sanggar Wan Dance Studio, Dansa Fusion, PLS. Saujana Madani, Sanggar Seni Langgam Selatan, dan Sanggar Tuah Betung. Bertandak Dangkong 2024 juga menjadi kesempatan mengenang maestro Dangkong dari Pulau Moro, yaitu Mak Long yang sampai saat ini karyanya berkontribusi besar dalam pelestarian kesenian Dangkong.