Badung (ANTARA) - Debby Fauziyanto, seorang desainer dalam negeri yang terkenal dengan fesyen batiknya mencoba mengenalkan tenun bomba asal Sulawesi Tengah di Bali.
Ia dalam ajang Fashion Show Bali 2024 Cultural Vibes di Kabupaten Badung, Sabtu (7/9), mengaku sengaja membawa tenun tersebut untuk menunjukkan kemiripan kain ini dengan endek Bali. Selain itu, dalam rangka peringatan Hari Tenun Nasional, ia ingin tenun bomba turut dikenal lebih luas, sebab banyak yang keliru membedakannya.
“Kami sedang mengembangkan tenun bomba ini karena memang selama ini orang tahu Elon Musk ke Bali pakai tenun tapi tidak tahu tenunnya dari mana, kadang mungkin ada yang mengira ini endek,” kata dia.
Pemilik jenama busana Debz ini mengatakan perbedaan tenun bomba dengan endek Bali terdapat pada motifnya yang identik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Sulawesi Tengah seperti daun kelor, mawar, dan sero tangga.
“Setiap motif yang ada ada di tenun bomba ada filosofinya, seperti daun kelor terkenal dan ada banyak di Sulawesi Tengah bukan hanya untuk obat tapi buat makanan juga, mawar juga menyiratkan kehidupan masyarakat di pesisir atau di perkebunan,” ujarnya.
Desainer asal Malang itu dalam peringatan Hari Tenun Nasional tahun ini menggandeng Upie Parura yang justru seorang insinyur teknik sipil dalam urusan berbagi ilmu mengenai tenun bomba.
Keduanya kali ini menampilkan enam model dengan busana denim campur tenun bomba, dimana merupakan tantangan bagi Debby Fauziyanto yang selama kariernya di Bali lebih terkenal dengan keahilan memadukan batik dengan busana modern.
Baca juga: Merawat wastra tenun di NTB dari gempuran zaman
Baca juga: Festival Kreatif NTB 2024, Rayakan Karya Tenun dan Kriya Lombok-Sumbawa
“Hari ini saya menampilkan koleksi baru saya denim campur wastra yang berasal dari Sulawesi Tengah dan partner saya Upie mewakili Sulawesi Tengah, desain saya lebih ke pakaian siap pakai lengkap,” kata dia.
Dalam ajang Fashion Show Bali 2024 Cultural Vibes, karya Deby tidak sendirian, sebab ada sekitar 20 desainer lagi yang memamerkan karyanya. Deby sendiri ingin menunjukkan dengan kultur Sulawesi Tengah yang dibawa saat ini membuat masyarakat melihat bahwa tenun tidak selamanya kaku dan formal, namun bisa digunakan santai dan tetap mewah.