Jakarta (ANTARA) - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikdasmen menyampaikan bahwa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sudah menggunakan sistem manajemen kamus berbasis kecerdasan buatan (AI).
Kepala Badan Bahasa Kemendikdasmen Hafidz Muksin menerangkan, dua tahun belakangan KBBI menggunakan Lexonomy dari Lexicom, khususnya dalam otomatisasi pengumpulan data dan pendefinisian.
“KBBI sudah menggunakan sistem manajemen kamus berbasis AI, terutama pada dua tahun ini, yaitu dengan menggunakan Lexonomy dari Lexicom. AI khususnya digunakan dalam otomatisasi pengumpulan data dan pendefinisian,” kata Hafidz di Jakarta pada Jumat.
Baca juga: Kemkomdigi tunjang AILECS mendukung penggunaan AI lindungi publik
Meski telah menggunakan teknologi AI, lanjutnya, penyusunan hasil akhir KBBI tetap memerlukan pemeriksaan dan penyuntingan dari pekamus, mengingat masih banyak definisi yang kurang tepat.
Oleh karena itu, ia pun menegaskan pemanfaatan AI dalam pengembangan kamus haruslah secara etis dan adaptif sehingga tidak hanya menjadikannya sebagai alat bantu, namun juga medium yang bisa menyebarkan kata-kata positif yang dibangun bersama.
“Sistem manajemen kamus memang sangat membantu, tetapi penyuntingan oleh manusia, dalam hal ini pekamus, tetap diperlukan,” ujarnya.
Baca juga: Kerja sama RI-AS cegah penyalahgunaan komoditas strategis
Sebagai informasi, Badan Bahasa Kemendikdasmen pada Kamis (7/8) membuka Seminar Leksikografi Indonesia (SLI) ke-8 dengan mengangkat tema “Leksikografi dan Kecerdasan Artifisial” sebagai respons atas dinamika baru dalam penyusunan kamus di era digital.
Hafidz menerangkan tema besar SLI tahun ini dielaborasi dalam lima subtema besar, mulai dari kebijakan leksikografi Indonesia, pengembangan sistem manajemen kamus, kamus multilingual, keterkaitan dengan data science, hingga isu-isu terminologi kontemporer.
Ia menambahkan pula SLI tahun ini menjadi bukti bahwa Bahasa Indonesia terus bergerak maju, tidak hanya sebagai alat komunikasi, melainkan juga sebagai medium ilmu pengetahuan, identitas, dan penanda kemajuan bangsa.
Baca juga: UIN Mataram soroti peran dakwah agama dalam era kecerdasan buatan
Baca juga: Arkara Energi dan Jejakin gunakan AI
