Lombok Barat (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fase peralihan musim dari kemarau ke penghujan menjadi penyebab suhu udara di Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa hari terakhir terasa gerah.
"Sekarang sedang musim transisi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pagi atau siang cerah, tapi sore atau malam bisa berpotensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir," kata Ketua Tim Data dan Analisis Stasiun Klimatologi BMKG NTB Bastian Andriano saat ditemui di Lombok Barat, Rabu.
Bastian mengatakan hari ini, 8 Oktober 2025, kondisi cuaca didominasi cerah berawan hingga berawan tebal dengan suhu udara mencapai 20 sampai 38 derajat Celcius. Kelembapan udara juga tercatat tinggi hingga mencapai 100 persen di beberapa wilayah.
Baca juga: NTB kini sudah masuk periode pancaroba
Kecepatan angin di permukaan saat ini juga relatif rendah berkisar 15 sampai 18 kilometer per jam yang membuat sirkulasi udara tidak optimal. Menurutnya, berbagai kondisi cuaca tersebut merupakan ciri khas periode pancaroba.
"Kombinasi faktor-faktor tersebut menyebabkan suhu terasa lebih panas dan membuat masyarakat merasa gerah meskipun langit terlihat cerah," ujar Bastian.
BMKG mencatat selama pancaroba, kondisi atmosfer cenderung berubah cepat dan acak akibat peralihan pola angin.
Baca juga: Awal musim hujan di NTB pada akhir Oktober 2025
Pada musim kemarau, angin bertiup dari timur yang berasal dari Benua Australia, sedangkan pada musim hujan angin bergerak dari barat yang berasal dari Benua Asia.
Perubahan arah angin yang terjadi secara tiba-tiba antara timuran dan baratan itulah yang menyebabkan cuaca mudah berubah dari panas di pagi hari menjadi hujan disertai petir pada sore atau malam hari.
BMKG memperkirakan masa pancaroba berlangsung sekitar dua minggu ke depan sebelum wilayah Nusa Tenggara Barat memasuki musim hujan secara bertahap.
"Pada periode itu potensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir akan lebih sering terjadi," pungkas Bastian.
Baca juga: Hujan diperkirakan guyur NTB selama sepekan ini
Baca juga: Ada tiga faktor pemicu hujan awet di NTB
