Mataram (ANTARA) - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong para petani jamur untuk menjadi mitra resmi bagi rantai pasok serbuk gergaji demi kelangsungan aktivitas budidaya jamur.
Kepala Dinas ESDM NTB Samsudin menegaskan pemerintah hadir tidak hanya untuk mendengarkan keluhan, tetapi memastikan langkah nyata.
"Prinsip kami adalah incremental improvement melakukan perbaikan bertahap dan berkelanjutan. Kami ingin memestikan keberlanjutan usaha petani jamur dengan skema kemitraan yang adil dan saling membutuhkan," ujar Samsudin dalam keterangan yang dikutip di Mataram, Minggu.
Saat ini para petani jamur di Nusa Tenggara Barat kesulitan mendapatkan sebuk gergaji sebagai bahan utama media tanam. Rantai pasok serbuk gergaji bersaing dengan program co-firing biomassa PLN yang digunakan untuk substitusi bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU.
Baca juga: DKP memastikan jamur enoki Korsel tidak beredar di NTB
Salah seorang petani jamur bernama Surmi mengungkapkan produksi jamur turun drastis akibat sulit memperoleh serbuk gergaji.
"Serbuk gergaji yang dulu mudah didapat, kini langka dan harganya mahal. Kami berharap ada solusi nyata, bukan sekadar janji," kata Surmi.
PLN Unit Induk Wilayah NTB menyatakan kebutuhan serbuk gergaji sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara pada PLTU mencapai 1.000 ton per bulan.
Meski terikat kontrak dengan pemasok besar biomassa, PLN membuka ruang solusi agar petani bisa menjadi mitra. Perseroan mendorong pendataan ulang petani aktif dan kebutuhan terhadap serbuk gergaji agar alokasi bisa diatur dengan baik.
Kelak data itu menjadi dasar bagi PLN dan para pemilik pabrik penggergajian kayu untuk menyusun skema distribusi yang tidak mengganggu pasokan untuk co-firing, namun secara simultan menjamin kebutuhan pokok petani jamur.
Dinas ESDM NTB berkomitmen memfasilitasi penuh agar kemitraan rantai pasok serbuk gergaji bisa berjalan tanpa memunculkan kesulitan baru bagi para petani jamur di Nusa Tenggara Barat.
