Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, memberikan pelatihan cara membuat makanan sehat, bergizi dan berimbang kepada ibu-ibu dengan memanfaatkan bahan lokal sebagai salah satu upaya mengatasi kasus gizi buruk dan gizi kurang.
"Melalui pelatihan ini, ibu-ibu tidak perlu membeli atau mencari-cari bahan makanan lagi untuk bayi dan anak-anak mereka, apalagi dengan harganya mahal. Sehat tidak mesti harus mahal," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, pelatihan pembuatan makanan sehat itu, dilaksanakan pada 11 puskesmas yang tersebar di enam kecamatan dengan melibatkan sejumlah tenaga kesehatan dan ahli gizi yang ada.
Ibu-ibu yang menjadi sasaran utama adalah ibu yang memiliki balita gizi buruk dan gizi kurang.
"Dalam upaya menekan angka kasus gizi buruk dan gizi kurang, kami juga aktif memberikan bantuan makanan pendamping untuk bayi dan anak," katanya.
Lebih jauh, Usman mengatakan saat ini Dinkes menangani lima kasus gizi buruk dan masih ditangani secara intensif petugas kesehatan dari sejumlah puskesmas di kota ini.
Lima kasus kasus gizi buruk itu disebabkan adanya penyakit bawaan dan pola makan kurang bagus. "Penyakit bawaan yang dialami anak dengan kasus gizi buruk salah satunya adalah penyakit pneumonia," katanya.
Sementara menyinggung tentang kasus gizi kurang, Usman mengatakan belum melihat data riil. Namun, untuk penanganan balita gizi kurang, Dinkes Mataram menerapkan budaya "bekerayanan" atau makan bersama.
"Penerapan 'bekerayanan' ini cukup efektif meningkatkan nafsu makan anak yang secara otomatis meningkatkan gizi balita," katanya.
Ia mengatakan, pola mengatasi anak dengan gizi kurang atau balita dengan status gizi di bawah garis merah (BGM), dengan "bekerayanan" yang merupakan salah satu tradisi di Pulau Lombok, telah dicoba di tiga puskesmas.
Tiga puskesmas itu adalah Puskesmas Karang Pule, Pejeruk dan Puskesmas Mataram, yang sudah berjalan dan hasil evaluasi cukup bagus.
Bahkan untuk di Puskesmas Karang Pule mereka memiliki program tambahan sendiri yakni "beriok tinjal meriri gizi" yang artinya bersama saling dukung memperbaiki gizi.
Menurut Usman, dalam pelaksanaan kegiatan "bekerayanan" ini, anak-anak BGM, hasil identifikasi di posyandu dikumpulkan pada hari tertentu untuk makan bersama (bekerayanan).
"Untuk makanan tidak kita siapkan, tapi mereka membawa sendiri-sendiri dari rumah dan hanya datang untuk makan bersama bahkan anak-anak bisa sambil bermain," katanya.
Berita Terkait
Nilai ekonomi dan kesehatan pada daun kelor
Senin, 6 November 2023 7:03
Gizi buruk orang tua belum tentu sebabkan anak stunting
Kamis, 13 Juli 2023 17:17
Kasad TNI berikan paket nutrisi anak stunting di NTB
Selasa, 14 Maret 2023 7:06
Dinkes tangani bayi di Kota Karawang alami gizi buruk
Selasa, 7 Maret 2023 21:48
Anak stunting berisiko terpapar TBC
Minggu, 15 Januari 2023 6:50
Angka stunting di NTB turun menjadi 16,99 persen
Sabtu, 17 Desember 2022 6:24
Kemenko PMK sebut intervensi gizi penanganan stunting harus tepat sasaran
Selasa, 13 Desember 2022 18:36
Wagub NTB meminta penanganan gizi buruk berbasis desa
Senin, 26 Oktober 2020 21:36