Jakarta (ANTARA) - Pemerhati Skateboard, Didi Arifin berharap cabang olahraga tersebut mendapatkan perhatian dan dukungan fasilitas lebih mengingat prestasi yang ditorehkan terus mengalami perkembangan meski para penggiat terkesan berjuang sendiri.
Didi, dalam keterangan tertulis yang diterima media di Jakarta, Selasa, mengatakan cabang Skateboard Indonesia cukup berprestasi, di antaranya menyumbang dua medali pada Asian Games 2018 lalu.
"Dari segi prestasi sebenarnya bukan hanya di Asian Games, kami dari tahun 1995 sudah kirim atlet ke luar negeri. Ikut kompetisi XGames dan beberapa kompetisi internasional,” kata Didi Arifin.
Dari situ, kata Didi, terlihat bahwa satu-satunya kekurangan Indonesia adalah kurang ditopang dengan infrastruktur Skateboard yang memadai.
"Kita nggak punya (sarana memadai) saja masih bisa berprestasi,” katanya menambahkan.
Kurang terstruktur
Dari lemahnya infrastruktur, lanjut Didi kemudian merembet pada persoalan lain, yaitu kurang terstrukturnya pembinaan dan pelatihan para atlet.
"Sayangnya juga pengurus dari olahraga ini tidak memperhatikan hal ini. Saat Asian Games baru sibuk. Sudah dekat event baru cari-cari atlet. Harusnya nggak begitu,” tegasnya.
Didi melihat Skateboard sudah menjadi industri, termasuk di Indonesia, namun sejauh ini masih terpusat di Bali yang memiliki sekitar 10 Skatepark yang ditopang beragam brand (merk) terkait.
"Atlet pro dan semi pro di Indonesia banyak yang ke Bali. Timpang sekali dengan di Jawa yang rata-rata bikin sendiri alatnya. Di Jakarta sebenarnya sudah dibuatkan di Kalijodo tapi entah kenapa tidak ada perawatan berikutnya dari pemerintah,” kata Didi menerangkan.
Angin segar
Ketua Komunitas Indonesia Skateboard (KIS) Tony Adam Cahya mengatakan rencana skateboard masuk dalam salah satu cabang dipertandingkan dalam Olimpade 2020 adalah angin segar bagi para atlet Indonesia sehingga penting bagi pengingat untuk segera menata pengurusan olahraga tersebut.
"Sarana prasarana kita termasuk pelatihan itu bisa dibilang tidak ada. Skatepark ada tapi belum mencapai standar,” ungkapnya.
KIS yang membawahi 18 provinsi pengurus daerah melihat cukup banyak kenyataan sulit yang harus dihadapi cabang olahraga ini.
"Cukup berat juga, saya sebagai ketuanya. Dari olahraga jalanan yang tidak tahu birokrasi, akhirnya kami mulai banyak belajar dari sana,” katanya menambahkan.
Dia menilai Indonesia sebagai salah satu negara potensial dari cabang olahraga skateboard sudah terbentuk, terutama pada gelaran Asian Games 2018 yang untuk kali pertama memertandingkan kompetisi papan beroda tersebut.
Olympic Council of Asia (OCA) meminta tambahan satu cabang yaitu Roller Sports (skateboard dan roller skate) pada Asian Games 2018 yang akhirnya menggenapi menjadi 40 cabang olahraga.
OCA memiliki pertimbangan besar bahwa cabang tersebut harus dipertandingkan karena rencananya juga akan ditampilkan di Olimpiade Tokyo 2020.
Pada SEA Games 2019 Filipina, cabang olahraga skateboard juga menyumbangkan sejumlah medali termasuk medali emas yang diraih Sanggoe Dharma Tanjung.
Didi, dalam keterangan tertulis yang diterima media di Jakarta, Selasa, mengatakan cabang Skateboard Indonesia cukup berprestasi, di antaranya menyumbang dua medali pada Asian Games 2018 lalu.
"Dari segi prestasi sebenarnya bukan hanya di Asian Games, kami dari tahun 1995 sudah kirim atlet ke luar negeri. Ikut kompetisi XGames dan beberapa kompetisi internasional,” kata Didi Arifin.
Dari situ, kata Didi, terlihat bahwa satu-satunya kekurangan Indonesia adalah kurang ditopang dengan infrastruktur Skateboard yang memadai.
"Kita nggak punya (sarana memadai) saja masih bisa berprestasi,” katanya menambahkan.
Kurang terstruktur
Dari lemahnya infrastruktur, lanjut Didi kemudian merembet pada persoalan lain, yaitu kurang terstrukturnya pembinaan dan pelatihan para atlet.
"Sayangnya juga pengurus dari olahraga ini tidak memperhatikan hal ini. Saat Asian Games baru sibuk. Sudah dekat event baru cari-cari atlet. Harusnya nggak begitu,” tegasnya.
Didi melihat Skateboard sudah menjadi industri, termasuk di Indonesia, namun sejauh ini masih terpusat di Bali yang memiliki sekitar 10 Skatepark yang ditopang beragam brand (merk) terkait.
"Atlet pro dan semi pro di Indonesia banyak yang ke Bali. Timpang sekali dengan di Jawa yang rata-rata bikin sendiri alatnya. Di Jakarta sebenarnya sudah dibuatkan di Kalijodo tapi entah kenapa tidak ada perawatan berikutnya dari pemerintah,” kata Didi menerangkan.
Angin segar
Ketua Komunitas Indonesia Skateboard (KIS) Tony Adam Cahya mengatakan rencana skateboard masuk dalam salah satu cabang dipertandingkan dalam Olimpade 2020 adalah angin segar bagi para atlet Indonesia sehingga penting bagi pengingat untuk segera menata pengurusan olahraga tersebut.
"Sarana prasarana kita termasuk pelatihan itu bisa dibilang tidak ada. Skatepark ada tapi belum mencapai standar,” ungkapnya.
KIS yang membawahi 18 provinsi pengurus daerah melihat cukup banyak kenyataan sulit yang harus dihadapi cabang olahraga ini.
"Cukup berat juga, saya sebagai ketuanya. Dari olahraga jalanan yang tidak tahu birokrasi, akhirnya kami mulai banyak belajar dari sana,” katanya menambahkan.
Dia menilai Indonesia sebagai salah satu negara potensial dari cabang olahraga skateboard sudah terbentuk, terutama pada gelaran Asian Games 2018 yang untuk kali pertama memertandingkan kompetisi papan beroda tersebut.
Olympic Council of Asia (OCA) meminta tambahan satu cabang yaitu Roller Sports (skateboard dan roller skate) pada Asian Games 2018 yang akhirnya menggenapi menjadi 40 cabang olahraga.
OCA memiliki pertimbangan besar bahwa cabang tersebut harus dipertandingkan karena rencananya juga akan ditampilkan di Olimpiade Tokyo 2020.
Pada SEA Games 2019 Filipina, cabang olahraga skateboard juga menyumbangkan sejumlah medali termasuk medali emas yang diraih Sanggoe Dharma Tanjung.