Jakarta (ANTARA) - Ahli teknologi propulsi roket LAPAN Heri Budi Wibowo mengatakan penguasaan teknologi antariksa menjadi syarat untuk dapat memajukan Indonesia melalui industri 4.0.
"Indonesia ingin menjadi negara maju, maka kembangkan industri 4.0," kata Heri dalam Forum Grup Diskusi Pendayagunaan Antariksa Wilayah Indonesia di Jakarta, Sabtu.
Namun, digitalisasi terjadi di setiap aspek kehidupan di masa depan, di mana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang bergantung pada satelit semakin kuat berperan. Sehingga tidak bisa terlepas dari teknologi antariksa.
Indonesia sudah memiliki satelit komunikasi yang dimiliki Telkom, sedangkan LAPAN memiliki satelit surveillance. Namun, belum ada satelit khusus untuk navigasi.
Dengan posisi strategis Indonesia tepat di garis khatulistiwa sayangnya belum mampu memanfaatkan dan menguasai secara maksimal ruang angkasa yang dimiliki.
Sementara itu, mantan Sekretaris Utama LAPAN Bambang Kusumanto mengatakan dengan rentang lanskap Indonesia yang begitu luas sepanjang khatulistiwa tentu sangat strategis. Sedangkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan disebutkan ruang angkasa yang dimaksud merupakan milik umum.
"Pertanyaannya sejauh mana negara punya teknologi antariksanya. Yang saya tahu hanya ada empat satelit di Indonesia, sementara Singapura yang luas negaranya hanya setitik saja dalam peta pula puluhan satelit yang mengorbit dì khatulistiwa," ujar dia.
Itu, menurut Bambang, karena negara tetangga tersebut memiliki uang sekaligus teknologinya.