Bandarlampung (ANTARA) - Pendidikan sex sudah saatnya menjadi bagian kurikulum pendidikan formal bagi remaja, untuk meminimalkan pengaruh budaya seks bebas dan mencegah penyebaran virus HIV.

"Pendidikan sex atau pendidikan organ reproduksi sangat penting karena dapat menjadi perisai bagi remaja di tengah maraknya informasi yang salah tentang seks dan organ tersebut dari berbagai media," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kota Bandarlampung, sekaligus aktivis Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Wilayah Lampung, Dr Boy Zaghul Zaini, di Bandarlampung, Senin.

Dia menjelaskan, usia remaja yang penuh gejolak dan selalu ingin tahu menimbulkan ketidaksiapan penerimaan mereka terhadap segala masukan tentang organ reproduksi, sedangkan peran orang tua agak terkesampingkan dalam memberikan informasi yang benar dalam hal tersebut.

"Budaya timur masih menganggap membicarakan hal tersebut tabu dibicarakan antara orang tua dan anak," kata dia.

Pola pembelanjaran yang dilakukan, kata Boy, dapat dilakukan dengan cara bimbingan dan tutorial dua arah, serta harus dilakukan oleh orang yang paham tentang organ reproduksi sekaligus psikologis remaja.

Upaya pertama yang dilakukan adalah menambah jumlah pembimbing yang paham tentang hal tersebut di sekolah-sekolah, melalui pelatihan terpadu oleh tenaga ahli.

"Jumlah petugas penyuluh kita juga masih sangat sedikit, jadi memang perlu penambahan dengan memanfaatkan tenaga lokal di masing-masing sekolah," kata dia.

Menurut Boy, menjadikan pendidikan seks dan organ reproduksi pada remaja sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dapat menjadi langkah ampuh dalam menekan perilaku sex bebas di kalangan remaja.

Saat ini, baru satu LSM yang konsern melakukan kegiatan tersebut di sekolah-sekolah, yaitu PKBI Lampung.

Pendidikan organ reproduksi saat ini giat dilakukan PKBI Lampung di 21 SMU dan tujuh pondok pesantren di daerah itu.

Program itu dilakukan setiap satu pekan dengan durasi pertemuan selama satu jam, berisikan ceramah dan tutorial mengenai organ reproduksi oleh aktivis PKBI, maupun guru setempat yang telah dilatih sebelumnya.

Sejumlah remaja di Bandarlampung juga mengharapkan kampanye pendidikan organ reproduksi di sekolah lebih ditingkatkan untuk menghindarkan remaja dari pergaulan bebas dan penyakit kelamin.

Pelajar SMK 3 Bandarlampung, Talita (18), menyatakan program pendidikan organ reproduksi di sekolah banyak memberi pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan organ tersebut.

"Mendapatkan pengetahuan tentang organ reproduksi melalui pendidikan jauh lebih baik daripada melalui film dan media," kata dia.

Hal yang sama juga dikatakan remaja lainnya yang bersekolah di SMA swasta di Bandarlampung, Rentika (16), bahwa pendidikan organ reproduksi seharusnya lebih gencar lagi dilakukan di sekolah-sekolah.

"Sayang apabila hanya dilakukan di perkotaan, seharusnya lebih menyebar ke seluruh pelosok, karena pendidikan seperti ini dibutuhkan oleh seluruh remaja," kata dia.(*)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024