Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, membentuk tim pemeriksa kesehatan hewan kurban yang akan bertugas melakukan pengecekan hewan kurban yang layak jual di tingkat pedagang dan layak konsumsi setelah pemotongan hewan saat Idul Adha 1441 Hijriah.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Kamis mengatakan tim pemeriksa kesehatan hewan kurban tersebut beranggotakan 40 orang dan berasal dari berbagai unsur.
"Selain dari unsur Distan Mataram dan provinsi, kami juga melibatkan para mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di kota ini," katanya.
Beberapa jenis penyakit yang biasa ditemukan saat pemeriksaan hewan kurban di pedagang, antara lain penyakit mata, batuk, pilek dan koreng.
"Meskipun penyakit tersebut masuk kategori ringan, tapi petugas akan menyarankan agar pedagang tidak menjual hewan kurban sakit sebelum sembuh," katanya.
Sementara jenis penyakit hewan kurban yang sering ditemukan dan berbahaya adalah jenis cacing hati yang hanya bisa diketahui saat hewan sudah disembelih.
"Karena itu selama tiga hari pemotongan hewan kurban, tim kesehatan akan terus melaksanakan tugasnya agar daging kurban yang dikonsumsi masyarakat adalah daging yang aman, sehat dan utuh (asuh)," katanya.
Menurutnya, dari hasil pantau pertama sejauh ini belum ada titik-titik penjualan hewan kurban, yang biasanya tahun-tahun lalu sudah mulai marak muncul di sejumlah titik strategis di Mataram.
"Kami belum tahu penyebabnya, apakah karena situasi pandemi COVID-19 atau ada penyebab lainnya," katanya.
Menurutnya, apabila para pedagang hewan kurban sudah mulai beraktivitas pihaknya akan menyarankan kepada para pedagang untuk menerapkan protokol COVID-19 dalam operasionalnya. Minimal dengan menyiapakan tempat cuci tangan dan meminta pedang serta pembeli menggunakan masker.
Lebih jauh Mutawalli mengatakan, dengan melihat kondisi perekonomian saat ini, pihaknya memprediksi jumlah hewan kurban yang akan dipotong menurun dari tahun biasa.
Pada tahun-tahun lalu, katanya, jumlah hewan kurban yang dipotong rata-rata mencapai 3.000 ekor, dan sekitar 600-900 ekor dari jenis sapi, sisanya kambing.
"Kalau untuk harga ternak di pasar hewan saat ini, relatif turun karena stok banyak, tapi pembeli kurang," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Kamis mengatakan tim pemeriksa kesehatan hewan kurban tersebut beranggotakan 40 orang dan berasal dari berbagai unsur.
"Selain dari unsur Distan Mataram dan provinsi, kami juga melibatkan para mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di kota ini," katanya.
Beberapa jenis penyakit yang biasa ditemukan saat pemeriksaan hewan kurban di pedagang, antara lain penyakit mata, batuk, pilek dan koreng.
"Meskipun penyakit tersebut masuk kategori ringan, tapi petugas akan menyarankan agar pedagang tidak menjual hewan kurban sakit sebelum sembuh," katanya.
Sementara jenis penyakit hewan kurban yang sering ditemukan dan berbahaya adalah jenis cacing hati yang hanya bisa diketahui saat hewan sudah disembelih.
"Karena itu selama tiga hari pemotongan hewan kurban, tim kesehatan akan terus melaksanakan tugasnya agar daging kurban yang dikonsumsi masyarakat adalah daging yang aman, sehat dan utuh (asuh)," katanya.
Menurutnya, dari hasil pantau pertama sejauh ini belum ada titik-titik penjualan hewan kurban, yang biasanya tahun-tahun lalu sudah mulai marak muncul di sejumlah titik strategis di Mataram.
"Kami belum tahu penyebabnya, apakah karena situasi pandemi COVID-19 atau ada penyebab lainnya," katanya.
Menurutnya, apabila para pedagang hewan kurban sudah mulai beraktivitas pihaknya akan menyarankan kepada para pedagang untuk menerapkan protokol COVID-19 dalam operasionalnya. Minimal dengan menyiapakan tempat cuci tangan dan meminta pedang serta pembeli menggunakan masker.
Lebih jauh Mutawalli mengatakan, dengan melihat kondisi perekonomian saat ini, pihaknya memprediksi jumlah hewan kurban yang akan dipotong menurun dari tahun biasa.
Pada tahun-tahun lalu, katanya, jumlah hewan kurban yang dipotong rata-rata mencapai 3.000 ekor, dan sekitar 600-900 ekor dari jenis sapi, sisanya kambing.
"Kalau untuk harga ternak di pasar hewan saat ini, relatif turun karena stok banyak, tapi pembeli kurang," ujarnya.