Mataram (ANTARA) - Laboratorium Hepatika Bumi Gora di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat siap memproduksi secara masal alat rapid test atau tes cepat RI-GHA COVID-19.
Hal itu dikatakan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, saat menerima kunjungan Kepala Laboratorium Hepatika Bumi Gora yang juga sekaligus penemu alat rapid test RI-GHA, Prof dr Mulyanto di ruang kerja Gubernur NTB di Mataram, Senin.
"Pada tanggal 17 Agustus 2020 nanti, NTB akan memperkenalkan produk rapid test buatan lokal yang siap diproduksi secara masal. Tak tanggung-tanggung sekitar 200.000 alat rapid test RI-GHA siap diluncurkan," kata Zulkielimansyah.
Laboratorium Hepatika Bumi Gora sendiri telah berdiri sejak 1984. Laboratorium ini didirikan oleh Prof dr Mulyanto yang juga telah menciptakan dan memproduksi alat tes cepat tersebut.
Sebelumnya, alat inovasi Prof Mulyanto itu telah diluncurkan secara nasional oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Kantor Kemenko PMK, Kamis (9/7).
Gubernur NTB menyatakan mendukung penuh dan merasa bangga dengan inovasi yang dikembangkan oleh Laboratorium Hepatika Bumi Gora itu.
Doktor Ekonomi Industri tersebut menjelaskan, inilah saatnya bagi NTB untuk mengembangkan industrialisasi di ranah kesehatan. Namun, hal ini bukan sekedar aji mumpung karena program unggulan industrialisasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, melainkan, karena memang NTB telah lama menyimpan potensi itu.
"Kita akan kembangkan industrialisasi di bidang kesehatan. Ini bukan bukan produk abal-abal, tapi karena sejarah pengembangannya sudah dari dulu. Tinggal gaungnya saja dikencangkan," ujar Zulkieflimansyah.
Ia menegaskan, laboratorium Hepatika Bumi Gora, Mataram sendiri telah berdiri sejak tahun 1984. Dengan pengalaman selama 36 tahun laboratorium ini telah mengeluarkan berbagai inovasi seperti pendeteksi hepatitis, tes malaria, tes flu burung, tes virus kanker tenggorokan, hingga tes kehamilan.
Kepala Laboratorium Hepatika Bumi Gora Prof dr Mulyanto mengatakan, dukungan yang diberikan oleh Gubernur NTB sangat berarti bagi pengembangan laboratorium. Sekarang ini, Laboratorium Hepatika mampu memproduksi 100.000 rapid-test setiap bulannya.
"Dukungan ini sangat berarti untuk mengembangkan Hepatika ke depannya," jelas mantan Rektor Universitas Mataram (Unram) tersebut.
Mulyanto menjelaskan rapid test ini diberi nama RI-GHA COVID-19 dengan singkatan dari Republik Indonesia-Gadjah Mada, Hepatika Mataram-Airlangga. Karena merupakan sebuah kerja kolaborasi. Pembuatan alat ini merupakan proyek nasional di bawah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Pada proses pembuatannya, Hepatika mendapatkan dukungan penuh dari Fakultas Kedokteran UNRAM dan melibatkan banyak tim peneliti dari UNRAM.
Selain itu, RS UNRAM menyediakan sampel pasien postif COVID-19 untuk dites sehingga mempermudah pengujian alat RI-GHA COVID-19. Khusus untuk produk RI-GHA ini sudah dilakukan uji validasi skala laboratorium. Dengan hasil sensitivitas (akurasi untuk hasil reaktif) untuk IgM 96,8 persen. Untuk IgG 74 persen. Melalui pengujian pada 40 serum pasien yang positif dari Balitbangkes.
Hal itu dikatakan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, saat menerima kunjungan Kepala Laboratorium Hepatika Bumi Gora yang juga sekaligus penemu alat rapid test RI-GHA, Prof dr Mulyanto di ruang kerja Gubernur NTB di Mataram, Senin.
"Pada tanggal 17 Agustus 2020 nanti, NTB akan memperkenalkan produk rapid test buatan lokal yang siap diproduksi secara masal. Tak tanggung-tanggung sekitar 200.000 alat rapid test RI-GHA siap diluncurkan," kata Zulkielimansyah.
Laboratorium Hepatika Bumi Gora sendiri telah berdiri sejak 1984. Laboratorium ini didirikan oleh Prof dr Mulyanto yang juga telah menciptakan dan memproduksi alat tes cepat tersebut.
Sebelumnya, alat inovasi Prof Mulyanto itu telah diluncurkan secara nasional oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Kantor Kemenko PMK, Kamis (9/7).
Gubernur NTB menyatakan mendukung penuh dan merasa bangga dengan inovasi yang dikembangkan oleh Laboratorium Hepatika Bumi Gora itu.
Doktor Ekonomi Industri tersebut menjelaskan, inilah saatnya bagi NTB untuk mengembangkan industrialisasi di ranah kesehatan. Namun, hal ini bukan sekedar aji mumpung karena program unggulan industrialisasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, melainkan, karena memang NTB telah lama menyimpan potensi itu.
"Kita akan kembangkan industrialisasi di bidang kesehatan. Ini bukan bukan produk abal-abal, tapi karena sejarah pengembangannya sudah dari dulu. Tinggal gaungnya saja dikencangkan," ujar Zulkieflimansyah.
Ia menegaskan, laboratorium Hepatika Bumi Gora, Mataram sendiri telah berdiri sejak tahun 1984. Dengan pengalaman selama 36 tahun laboratorium ini telah mengeluarkan berbagai inovasi seperti pendeteksi hepatitis, tes malaria, tes flu burung, tes virus kanker tenggorokan, hingga tes kehamilan.
Kepala Laboratorium Hepatika Bumi Gora Prof dr Mulyanto mengatakan, dukungan yang diberikan oleh Gubernur NTB sangat berarti bagi pengembangan laboratorium. Sekarang ini, Laboratorium Hepatika mampu memproduksi 100.000 rapid-test setiap bulannya.
"Dukungan ini sangat berarti untuk mengembangkan Hepatika ke depannya," jelas mantan Rektor Universitas Mataram (Unram) tersebut.
Mulyanto menjelaskan rapid test ini diberi nama RI-GHA COVID-19 dengan singkatan dari Republik Indonesia-Gadjah Mada, Hepatika Mataram-Airlangga. Karena merupakan sebuah kerja kolaborasi. Pembuatan alat ini merupakan proyek nasional di bawah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Pada proses pembuatannya, Hepatika mendapatkan dukungan penuh dari Fakultas Kedokteran UNRAM dan melibatkan banyak tim peneliti dari UNRAM.
Selain itu, RS UNRAM menyediakan sampel pasien postif COVID-19 untuk dites sehingga mempermudah pengujian alat RI-GHA COVID-19. Khusus untuk produk RI-GHA ini sudah dilakukan uji validasi skala laboratorium. Dengan hasil sensitivitas (akurasi untuk hasil reaktif) untuk IgM 96,8 persen. Untuk IgG 74 persen. Melalui pengujian pada 40 serum pasien yang positif dari Balitbangkes.