Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) - Bale Adat Desa Bleq, Desa Sembalun Lawang merupakan cagar budaya di kaki Gunung Rinjani, Kecamatan Sembalun Lombok Timur, saat ini menunggu perhatian pemerintah karena kondisinya memprihatinkan.

Lokasi itu menjadi saksi bisu kedahsyatan gempa bumi mengguncang daerah tersebut tahun 2018.

Dari pantauan, Selasa, sebanyak tujuh bale adat peninggalan leluhur ratusan tahun silam ini, masih terlihat rusak berat. Bahkan tiga rumah Desa Bleq yang menjadi ikon wisata Sembalun Lawang masih rata dengan tanah, tanpa ada perhatian serius dari pemerintah.

Humas Kelompok Sadar Wisata, (Pokdarwis) Mangku Bumi Sembalun Lawang, sekaligus ketua Karang Taruna Sembalun Lawang, Handanil SH,  menyayangkan kondisi bale adat saat ini dan tidak bisa berbuat banyak kerena keterbatasan anggaran yang dikelola oleh pokdarwis desa setempat.

"Sangat kami sayangkan, kondisinya saat ini. Karena sebagai cagar budaya di Sembalun dan salah satu ikon wisata Desa di kami. Dan kami tidak bisa berbuat banyak," katanya.

Baca juga: Desa Beleq, asal usul Sembalun

Sebelum diterjang gempa, katanya, bale adat Desa Bleq menjadi incaran para wisatawan lokal maupun mancanegara. Karena memiliki kearifan lokal, namun saat ini sepi dari pengunjung bahkan turun drastis dari sebelumnya.

"Sebelum gempa, ratusan kunjungan wisatawan ke Bale Adat. Apa lagi saat libur panjang dan hari-hari besar, seperti hari lebaran dan tahun baru", ungkapnya.

Sebelum gempa pun, lanjutnya, pemerintah Lotim tidak pernah ada kontribusi terhadap Bale Adat Sembalun Lawang. Sangat berbeda dengan Pemkab Lombok Utara, yang diketahui cagar budaya rumah adatnya dijaga dan dirawat selayaknya rumah sendiri. 

"Pemerintah KLU sangat peduli kepada kemajuan dan pembangunan rumah adatnya, sebagai ikon dan daya tarik wisatawan lokal maupun asing," katanya.

 

Pewarta : Rosidin
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024