Mataram (ANTARA) - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani memperkirakan populasi itik yang hidup di sekitar danau Segara Anak sekitar 400 ekor.
"Jumlah itu menurun kalau dibandingkan dengan jumlah populasi hasil pemantauan terakhir yang dilakukan pada 2002 sekitar 700 ekor. Tetapi penurunan ini bukan disebabkan punah atau akibat perburuan," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) H Syihabuddin, di Mataram, Selasa.
Danau Segara Anak yang memiliki luas 1.100 hektare dengan kedalaman 230 meter dan topografinya 2.010 meter dari permukaan laut (mdpl) merupakan danau yang terbentuk di kaldera Gunung Rinjani berketinggian 3.775 mdpl.
Di tengah-tengah danau tersebut terbentuk kerucut baru yang dinamakan Gunung Baru Jari (anak Gunung Rinjani) yang tingginya 2.376 mdpl.
Ia menjelaskan, pemantauan populasi itik yang hidup di sekitar Danau Segara Anak bertujuan untuk mengetahui perkembangbiakan unggas tersebut terutama dikaitkan dengan kondisi perubahan iklim.
Menurut dia, hasil pemantauan populasi itik yang dilakukan pada 2010, belum bisa dikatakan final, karena rentang waktu pemantauan terakhir cukup jauh, sehingga tidak diketahui secara pasti apakah populasi itik stagnan setiap tahun.
Syihabuddin juga membantah bahwa populasi itik di sekitar Danau Segara Anak berkurang karena adanya aktivitas letusan Gunung Baru Jari dan perburuan secara ilegal.
"Saya kira letusan Gunung Baru Jari tidak terlalu berpengaruh. Perburuan liar juga tidak ada, karena kami tetap melakukan pengawasan melibatkan masyarakat lokal yang berprofesi sebagai pemandu wisata pendakian," ujarnya.
Petugas Pengendali Ekosistem Hutan BTNGR M Faisyal yang juga anggota tim pemantauan populasi itik di sekitar Danau Segara Anak mengatakan jarak pemantauan yang dilakukan pada 2010 sekitar enam kilometer, sedangkan pemantauan pada 2002 mencapai 14 kilometer, sehingga populasi itik di sekitar danau belum bisa dikatakan berkurang.
Ia memperkirakan itik yang sebelumnya berada di wilayah timur dan utara berpindah ke sisi sebelah barat dan selatan Danau Segara Anak. Perpindahan tersebut diduga karena dua hal, yaitu aktivitas Gunung Baru Jari yang saat ini masih berstatus waspada dan adanya aktivitas pengunjung.
Dugaan perpindahan daerah habitat itik menjadi salah satu kendala dalam melakukan pemantauan populasi unggas khas Danau Segara Anak tersebut.
"Pemantauan hanya dilakukan di wilayah timur dan utara Danau Segara anak, sedangkan di wilayah barat dan selatan tidak bisa dijangkau dengan berjalan kaki, tetapi harus menggunakan perahu karet. Jadi kemungkinan populasi itik masih stabil kalau pemantauan dilakukan secara menyeluruh seperti pada 2002," ujar Faisyal.
(*)
"Jumlah itu menurun kalau dibandingkan dengan jumlah populasi hasil pemantauan terakhir yang dilakukan pada 2002 sekitar 700 ekor. Tetapi penurunan ini bukan disebabkan punah atau akibat perburuan," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) H Syihabuddin, di Mataram, Selasa.
Danau Segara Anak yang memiliki luas 1.100 hektare dengan kedalaman 230 meter dan topografinya 2.010 meter dari permukaan laut (mdpl) merupakan danau yang terbentuk di kaldera Gunung Rinjani berketinggian 3.775 mdpl.
Di tengah-tengah danau tersebut terbentuk kerucut baru yang dinamakan Gunung Baru Jari (anak Gunung Rinjani) yang tingginya 2.376 mdpl.
Ia menjelaskan, pemantauan populasi itik yang hidup di sekitar Danau Segara Anak bertujuan untuk mengetahui perkembangbiakan unggas tersebut terutama dikaitkan dengan kondisi perubahan iklim.
Menurut dia, hasil pemantauan populasi itik yang dilakukan pada 2010, belum bisa dikatakan final, karena rentang waktu pemantauan terakhir cukup jauh, sehingga tidak diketahui secara pasti apakah populasi itik stagnan setiap tahun.
Syihabuddin juga membantah bahwa populasi itik di sekitar Danau Segara Anak berkurang karena adanya aktivitas letusan Gunung Baru Jari dan perburuan secara ilegal.
"Saya kira letusan Gunung Baru Jari tidak terlalu berpengaruh. Perburuan liar juga tidak ada, karena kami tetap melakukan pengawasan melibatkan masyarakat lokal yang berprofesi sebagai pemandu wisata pendakian," ujarnya.
Petugas Pengendali Ekosistem Hutan BTNGR M Faisyal yang juga anggota tim pemantauan populasi itik di sekitar Danau Segara Anak mengatakan jarak pemantauan yang dilakukan pada 2010 sekitar enam kilometer, sedangkan pemantauan pada 2002 mencapai 14 kilometer, sehingga populasi itik di sekitar danau belum bisa dikatakan berkurang.
Ia memperkirakan itik yang sebelumnya berada di wilayah timur dan utara berpindah ke sisi sebelah barat dan selatan Danau Segara Anak. Perpindahan tersebut diduga karena dua hal, yaitu aktivitas Gunung Baru Jari yang saat ini masih berstatus waspada dan adanya aktivitas pengunjung.
Dugaan perpindahan daerah habitat itik menjadi salah satu kendala dalam melakukan pemantauan populasi unggas khas Danau Segara Anak tersebut.
"Pemantauan hanya dilakukan di wilayah timur dan utara Danau Segara anak, sedangkan di wilayah barat dan selatan tidak bisa dijangkau dengan berjalan kaki, tetapi harus menggunakan perahu karet. Jadi kemungkinan populasi itik masih stabil kalau pemantauan dilakukan secara menyeluruh seperti pada 2002," ujar Faisyal.
(*)