Lombok Utara, NTB, 17/12 (ANTARA) - Atraksi terjun payung untuk memperingati HUT ke-52 Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dibatalkan karena cuaca buruk dan kendala teknis lainnya.

         "Atraksi terjun payung dibatalkan karena cuaca buruk," kata Komandan Tim Penerjun Pasukan Khusus (Paskhas) TNI AU Kaptem Supaidi, di sela-sela upacara peringatan HUT ke-52 Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB), di Lapangan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Jumat.

         Ia mengatakan, 11 orang penerjun dari Batalyon 464 Paskhas yang bermarkas di Malang, Jawa Timur, sudah berada di pesawat Cassa A-21-07 dari Skadron Udara 4 Lanud Abdurahman Saleh, dan siap terjun ke Lapangan Tanjung, yang tengah dipergunakan untuk upacara HUT NTB itu.

         Cassa A-21-07 itu sudah sempat berputar-putar di angkasa, namun tidak jadi menurunkan belasan penerjun itu karena cuaca sangat ekstrim.

         "Cuacanya sangat ekstrim, guyuran hujan disertai kilat. Itu berbahaya bagi keselamatan penerjun," ujar Supaidi.

         Semula direncanakan 11 orang penerjun handal dari Paskhas TNI AU itu masing-masing akan turjun membawa beragam bendera kebesaran.        
    Seorang penerjun akan membawa bendera Merah Putih dan bendera Lambang Pemprov NTB dan 0 penerjun lainnya masing-masing membawa bendera lambang pemerintah kabupaten/kota.

         Dengan demikian, atraksi terjun payung untuk menyemarakkan HUT NTB itu gagal terlaksana, meskipun ribuan warga NTB sudah menunggu di sekitar Lapangan Tanjung, Lombok Barat, guna menyaksikan atraksi tersebut.

         Puncak peringatan HUT NTB di tahun 2010 itu pun berlangsung di tengah guyuran hujan, hingga sejumlah peserta upacara kabur meninggalkan lapangan upacara, meskipun upacara belum berakhir.

         Namun, Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi yang menjadi inspektur upacara tetap melanjutkan upacara tersebut, meskipun rela basah kuyup diguyur hujan.

         Sebagian tamu undangan yang berada di tenda utama juga terkena guyuran hujan disertai tiupan angin dan kilat menyambar. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024