Mataram (ANTARA) - Wahana Visi Indonesia (WVI) dan United National Development Program (UNDP) melalui "Program for Eathquake and Tsunami Infrastructure Reconstructive Assistance" (PETRA), mengakhiri program perbaikan infrastruktur pascagempa untuk pemulihan mata pencaharian masyarakat dan pengurangan risiko bencana.
Selama satu tahun terakhir, program ini berlangsung di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Sejak 2018, WVI melakukan respons tanggap darurat gempa Lombok melalui program Lombok Earthquake Emergency Respons (LEER) di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur. Kini warga telah memiliki akses sanitasi dan air bersih yang lebih baik, memiliki tempat tinggal yang aman, serta pengetahuan mengenai kesiagaan bencana serta perlindungan anak.
Manajer Respons WVI untuk Tanggap Darurat Gempa Lombok, Samuel Situmorang, melalui siaran persnya yang diterima Antara, Selasa, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, masyarakat, stakeholder yang terlibat atas dukungan dan
kerjasamanya untuk ikut aktif berpartisipasi dalam program dilaksanakan mulai dari Januari 2020-Januari 2021.
“Kami berharap apa yang sudah kami lakukan ini dapat dijaga dan dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih tangguh,” kata Samuel.
Samuel menyebutkan, sebanyak 18 Kelompok Tani dan 7 kelompok Industri Kecil dan Menengah (IKM) mendapatkan peningkatan kapasitas dalam bentuk pelatihan pemasaran, pelatihan pertanian terpadu serta memberikan bantuan nontunai dalam bentuk pembelian alat pertanian dan perlengkapan dapur untuk menunjang usaha mereka serta pembentukan ASKA (Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak).
WVI juga melakukan program pengurangan risiko bencana. Sebanyak 630 kepala keluarga (KK) dengan 2.333 orang mendapatkan dukungan pendampingan untuk peningkatan kapasitas terkait Pengurangan Risiko Bencana baik dari pengaktifan Tim Siaga bencana Pemasangan Peta Aman Bencana, pemasangan jalur evakuasi dan sosialisasi dengan masyarakat di 30 dusun.
Infrastruktur pedesaan juga diperbaiki mulai dari jalan, jembatan, saluran irigasi, hingga penampungan air.
Project Manager UNDP wilayah Lombok, Zaenuddin Zain mengapresiasi dan berterima kasih atas dukungan yang sudah diberikan oleh pemerintah desa dan kabupaten, dan terutama WVI.
“Dengan aset yang sudah kami kerjakan seperti infrastruktur, ke depan dibutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang membutuhkan dukungan lebih lanjut. Berharap dengan dukungan yang sudah diberikan memacu produktivitas kelompok yang telah di dampingin WVI. Bersyukur, WVI selalu all out untuk mendampingi kegiatan kelompok,” ungkap Zaenuddin.
Abdul Wahid, Kepala Dusun Lelongken di Desa Sajang sekaligus sebagai penerima manfaat dari salah satu program infrastruktur menyampaikan apresiasi kepada WVI yang selalu melibatkan masyarakat dan pemerintah desa dalam setiap program yang dilakukan.
Ia mencontohkan, pada tahap pengkajian, WVI melibatkan seluruh masyarakat penerima manfaat dan melakukan diskusi panjang sehingga mencapai pembangunan yang di harapkan dan sesuai dengan standar dan tepat sasaran.
“Terima kasih kepada Wahana Visi Indonesia. Semoga dengan adanya penutupan program ini, tidak menjadi penutupan sesungguhan tetapi hanya penutupan program dan berharap masih ada kebelanjutan program dan kami masih membutuhkan bimbingan,” tuturnya.
Selama satu tahun terakhir, program ini berlangsung di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Sejak 2018, WVI melakukan respons tanggap darurat gempa Lombok melalui program Lombok Earthquake Emergency Respons (LEER) di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur. Kini warga telah memiliki akses sanitasi dan air bersih yang lebih baik, memiliki tempat tinggal yang aman, serta pengetahuan mengenai kesiagaan bencana serta perlindungan anak.
Manajer Respons WVI untuk Tanggap Darurat Gempa Lombok, Samuel Situmorang, melalui siaran persnya yang diterima Antara, Selasa, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, masyarakat, stakeholder yang terlibat atas dukungan dan
kerjasamanya untuk ikut aktif berpartisipasi dalam program dilaksanakan mulai dari Januari 2020-Januari 2021.
“Kami berharap apa yang sudah kami lakukan ini dapat dijaga dan dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih tangguh,” kata Samuel.
Samuel menyebutkan, sebanyak 18 Kelompok Tani dan 7 kelompok Industri Kecil dan Menengah (IKM) mendapatkan peningkatan kapasitas dalam bentuk pelatihan pemasaran, pelatihan pertanian terpadu serta memberikan bantuan nontunai dalam bentuk pembelian alat pertanian dan perlengkapan dapur untuk menunjang usaha mereka serta pembentukan ASKA (Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak).
WVI juga melakukan program pengurangan risiko bencana. Sebanyak 630 kepala keluarga (KK) dengan 2.333 orang mendapatkan dukungan pendampingan untuk peningkatan kapasitas terkait Pengurangan Risiko Bencana baik dari pengaktifan Tim Siaga bencana Pemasangan Peta Aman Bencana, pemasangan jalur evakuasi dan sosialisasi dengan masyarakat di 30 dusun.
Infrastruktur pedesaan juga diperbaiki mulai dari jalan, jembatan, saluran irigasi, hingga penampungan air.
Project Manager UNDP wilayah Lombok, Zaenuddin Zain mengapresiasi dan berterima kasih atas dukungan yang sudah diberikan oleh pemerintah desa dan kabupaten, dan terutama WVI.
“Dengan aset yang sudah kami kerjakan seperti infrastruktur, ke depan dibutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang membutuhkan dukungan lebih lanjut. Berharap dengan dukungan yang sudah diberikan memacu produktivitas kelompok yang telah di dampingin WVI. Bersyukur, WVI selalu all out untuk mendampingi kegiatan kelompok,” ungkap Zaenuddin.
Abdul Wahid, Kepala Dusun Lelongken di Desa Sajang sekaligus sebagai penerima manfaat dari salah satu program infrastruktur menyampaikan apresiasi kepada WVI yang selalu melibatkan masyarakat dan pemerintah desa dalam setiap program yang dilakukan.
Ia mencontohkan, pada tahap pengkajian, WVI melibatkan seluruh masyarakat penerima manfaat dan melakukan diskusi panjang sehingga mencapai pembangunan yang di harapkan dan sesuai dengan standar dan tepat sasaran.
“Terima kasih kepada Wahana Visi Indonesia. Semoga dengan adanya penutupan program ini, tidak menjadi penutupan sesungguhan tetapi hanya penutupan program dan berharap masih ada kebelanjutan program dan kami masih membutuhkan bimbingan,” tuturnya.