Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menilai sosialisasi yang masif di siaran televisi (TV) analog akan membantu mempercepat pemahaman masyarakat tentang siaran digital.
"Sosialisasi harus benar-benar masif di siaran televisi analog," kata Direktur Penyiaran Kominfo, Geryantika Kurnia, Kamis.
Cara ini dinilai yang paling efektif karena masyarakat yang sedang menonton siaran televisi akan bisa mengetahui jadwal migrasi siaran televisi terestrial dari analog ke digital dan mengetahui manfaat siaran digital.
Sosialisasi tersebut bisa berupa teks berjalan (running text) saat program acara berlangsung atau menayangkan logo.
Kominfo mendapatkan masukkan sosialisasi siaran televisi digital juga bisa melalui iklan layanan masyarakat berdurasi sekitar 30 detik, yang secara serentak ditayangkan di setiap stasiun televisi pada jam tertentu.
Berkaitan dengan pengalaman menonton, format siaran televisi digital disarankan menggunakan rasio 16:9.
Geryantika juga menyarankan secara bertahap stasiun televisi mengurangi daya dan layar siaran analog, menjadi 75 persen, kemudian 50 persen dan 25 persen.
Daya siaran digital juga secara bertahap ditingkatkan, atau jika mungkin menggunakan daya penuh agar masyarakat mudah mencari sinyal digital.
Tayangan konten andalan, atau killer content, selama ini terbukti ampuh untuk menarik masyarakat pindah menonton siaran digital. Stasiun televisi bisa mengatur agar killer content tersebut hanya tayang di siaran digital, misalnya seperti sinetron, berita dan siaran olahraga,
Menurut Geryantika, ketika Italia menggunakan cara ini pada siaran digital beberapa tahun yang lalu, dalam kurun waktu kurang dari enam bulan masyarakat membeli set top box agar bisa menonton acara kesukaan.
Kominfo mengupayakan set top box bisa didistribusikan ke masyarakat yang memenuhi kriteria sebelum tahapan analog switch off berakhir.
Sementara itu, berkaitan dengan akses ke perangkat, Kominfo menyarankan ada program tukar tambah (trade-in) dari perangkat lama ke televisi digital.
Begitu juga dengan impor perangkat televisi analog, Geryantika menyarankan dihentikan saja, sementara itu produksi televisi digital juga menyasar ke ukuran kecil, misalnya 22 atau 24 inci agar harga terjangkau.
"Sosialisasi harus benar-benar masif di siaran televisi analog," kata Direktur Penyiaran Kominfo, Geryantika Kurnia, Kamis.
Cara ini dinilai yang paling efektif karena masyarakat yang sedang menonton siaran televisi akan bisa mengetahui jadwal migrasi siaran televisi terestrial dari analog ke digital dan mengetahui manfaat siaran digital.
Sosialisasi tersebut bisa berupa teks berjalan (running text) saat program acara berlangsung atau menayangkan logo.
Kominfo mendapatkan masukkan sosialisasi siaran televisi digital juga bisa melalui iklan layanan masyarakat berdurasi sekitar 30 detik, yang secara serentak ditayangkan di setiap stasiun televisi pada jam tertentu.
Berkaitan dengan pengalaman menonton, format siaran televisi digital disarankan menggunakan rasio 16:9.
Geryantika juga menyarankan secara bertahap stasiun televisi mengurangi daya dan layar siaran analog, menjadi 75 persen, kemudian 50 persen dan 25 persen.
Daya siaran digital juga secara bertahap ditingkatkan, atau jika mungkin menggunakan daya penuh agar masyarakat mudah mencari sinyal digital.
Tayangan konten andalan, atau killer content, selama ini terbukti ampuh untuk menarik masyarakat pindah menonton siaran digital. Stasiun televisi bisa mengatur agar killer content tersebut hanya tayang di siaran digital, misalnya seperti sinetron, berita dan siaran olahraga,
Menurut Geryantika, ketika Italia menggunakan cara ini pada siaran digital beberapa tahun yang lalu, dalam kurun waktu kurang dari enam bulan masyarakat membeli set top box agar bisa menonton acara kesukaan.
Kominfo mengupayakan set top box bisa didistribusikan ke masyarakat yang memenuhi kriteria sebelum tahapan analog switch off berakhir.
Sementara itu, berkaitan dengan akses ke perangkat, Kominfo menyarankan ada program tukar tambah (trade-in) dari perangkat lama ke televisi digital.
Begitu juga dengan impor perangkat televisi analog, Geryantika menyarankan dihentikan saja, sementara itu produksi televisi digital juga menyasar ke ukuran kecil, misalnya 22 atau 24 inci agar harga terjangkau.