Mataram (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mendorong para pengusaha hotel untuk menyiapkan akomodasi terutama kamar hotel untuk mendukung pelaksanaan WSBK (Word Super Bike) pada November 2020, dan MotoGP 2022.
"Dari sekitar 120 hotel bintang dan nonbintang di Mataram tercatat memiliki 2.600 kamar. Namun yang bisa digunakan untuk wisatawan hanya sekitar 50 persennya yakni 1.300," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Minggu.
Sementara sisanya 50 persen, lanjut Denny, digunakan untuk karantina karyawan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), selama pandemi COVID-19.
"PT AMNT merupakan perusahaan besar dengan jumlah karyawan banyak, sehingga mereka juga menyiapkan kamar hotel yang cukup banyak untuk karantina karyawannya," katanya.
Terkait dengan itulah, pihaknya mendorong para pelaku pariwisata terutama hotel agar dapat menyiapkan fasilitas kamar hotel guna mendukung menyukseskan dua kegiatan dengan skala internasional tersebut.
Meskipun pusat dua kegiatan itu berada di Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, katanya, namun Mataram menjadi wilayah penunjang juga perlu melakukan persiapan.
"Saat ini, tambahan kamar hotel bisa kita harapkan dari Prime Park (PP) Hotel berlokasi di Jalan Udayana dan dalam proses penyelesaian. Informasinya Hotel PP akan menyiapkan 164 kamar," katanya.
Sementara menyinggung tentang sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment), menurut Denny, sampai saat ini dari sekitar 120 hotel bintang dan non-bintang di Mataram, baru sekitar 20 hotel yang memiliki sertifikat CHSE.
"Kendala pastinya saya juga kurang tahu persis, tapi hotel belum mengisi formulir yang disediakan karena menurut mereka agak repot. Tapi, untuk membantu mereka, kami sudah menyiapkan pelayanan bantuan sertifikat CHSE," katanya.
Lebih jauh terkait dengan tingkat okupansi hotel saat ini, Denny, mengatakan kondisi hunian hotel saat ini sudah jauh lebih baik dengan rata-rata hunian sekitar 45 persen.
Peningkatan okupansi hotel di Mataram itu rata-rata masih didominasi tamu domestik, dengan tujuan untuk kegiatan dinas, acara seremonial, dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition).
"Peningkatan okupansi hotel dipicu mulai adanya pelonggaran dari pemerintah namun tetap disiplin protokol kesehatan COVID-19. Harapan kami ke depan kondisinya akan lebih baik sehingga okupansi hotel bisa di atas 50 persen," katanya.
"Dari sekitar 120 hotel bintang dan nonbintang di Mataram tercatat memiliki 2.600 kamar. Namun yang bisa digunakan untuk wisatawan hanya sekitar 50 persennya yakni 1.300," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Minggu.
Sementara sisanya 50 persen, lanjut Denny, digunakan untuk karantina karyawan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), selama pandemi COVID-19.
"PT AMNT merupakan perusahaan besar dengan jumlah karyawan banyak, sehingga mereka juga menyiapkan kamar hotel yang cukup banyak untuk karantina karyawannya," katanya.
Terkait dengan itulah, pihaknya mendorong para pelaku pariwisata terutama hotel agar dapat menyiapkan fasilitas kamar hotel guna mendukung menyukseskan dua kegiatan dengan skala internasional tersebut.
Meskipun pusat dua kegiatan itu berada di Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, katanya, namun Mataram menjadi wilayah penunjang juga perlu melakukan persiapan.
"Saat ini, tambahan kamar hotel bisa kita harapkan dari Prime Park (PP) Hotel berlokasi di Jalan Udayana dan dalam proses penyelesaian. Informasinya Hotel PP akan menyiapkan 164 kamar," katanya.
Sementara menyinggung tentang sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment), menurut Denny, sampai saat ini dari sekitar 120 hotel bintang dan non-bintang di Mataram, baru sekitar 20 hotel yang memiliki sertifikat CHSE.
"Kendala pastinya saya juga kurang tahu persis, tapi hotel belum mengisi formulir yang disediakan karena menurut mereka agak repot. Tapi, untuk membantu mereka, kami sudah menyiapkan pelayanan bantuan sertifikat CHSE," katanya.
Lebih jauh terkait dengan tingkat okupansi hotel saat ini, Denny, mengatakan kondisi hunian hotel saat ini sudah jauh lebih baik dengan rata-rata hunian sekitar 45 persen.
Peningkatan okupansi hotel di Mataram itu rata-rata masih didominasi tamu domestik, dengan tujuan untuk kegiatan dinas, acara seremonial, dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition).
"Peningkatan okupansi hotel dipicu mulai adanya pelonggaran dari pemerintah namun tetap disiplin protokol kesehatan COVID-19. Harapan kami ke depan kondisinya akan lebih baik sehingga okupansi hotel bisa di atas 50 persen," katanya.