Jakarta (ANTARA) - Ketua Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Twedy Noviadi, menyatakan bahwa pengembalian pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan nasional mutlak dilaksanakan. "Penghilangan pendidikan Pancasila sejak beberapa waktu lalu telah menimbulkan aneka permasalahan serius, terutama ancaman kehilangan jatidiri pada generasi penerus bangsa pejuang ini," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta (16/5). Bagi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menurut dia, penghilangan pendidikan Pancasila bisa saja merupakan bagian utama dari skenario kaum kapitalis untuk menghabisi Indonesia. Akibatnya, katanya, Indonesia kini merupakan bangsa yang berideologi Pancasila, tetapi seolah-olah menjadikan ideologi ini tabu untuk dipelajari secara benar, malah terkesan mau ditinggalkan. "Makanya, menyongsong hari kebangkitan nasional 20 Mei dan Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni, dan setelah baru saja kita merayakan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, ini momentum baik mengembalikan pendidikan Pancasila," ujarnya. Hanya saja, menurut Twedy Noviady, pendidikan Pancasila harus disesuaikan dengan konteks kekinian, tanpa mengesampingkan sumber historisnya. "Pendidikan Pancasila dapat menjadi jalan terciptanya `nation and character building` secara sebenar-benarnya," ujarnya. Bagi GMNI, tegas Twedy Noviady, Bung Karno sebagai penggali Pancasila dan pencetus pendidikan nation and character building harus menjadi titik sentral dari pembudayaan ideologi negara dalam kurikulum pendidikan. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024