Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan rancangan kurikulum baru pendidikan tingkat dasar Inggris, anak-anak tingkat sekolah dasar di negeri ini diharuskan mempelajari jejaring sosial maya Twitter dan ensiklopedia online Wikipedia, disamping guru akan menjadi lebih leluasa dalam membuat anak berkonsentrasi di kelas.
Rancangan kurikulum yang bakal menandai perubahan terbesar dalam sistem pendidikan dasar di Inggris dalam satu dekade terakhir ini, menyebutkan ratusan spesifikasi berkaitan dengan pengetahuan alam, kewilayahan dan kesejarahan mesti dikuasai anak sebelum berusia 11 tahun sehingga mereka lebih gampang memahami pelajaran di jenjang berikutnya.
Rancangan kurikulum baru ini tidak hanya meliputi pelajaran yang biasa diajarkan sebelumnya seperti sejarah dan aritmetika, namun juga memasukkan media lebih modern dan keahlian berbasis Internet yang bobotnya sama dengan pendidikan cinta lingkungan.
Rancangan ini diajukan Sir Jim Rose --mantan ketua Ofsted (Office for Standard of Education, semacam Badan Standar Pendidikan Nasional di Indonesia) yang diangkat menteri dengan tugas mengembangkan kurikulum sekolah dasar-- dan akan diumumkan bulan depan.
Yang unik dari rancangan kurikulum ini adalah ketentuan yang menyebutkan murid harus memahami blogging, podcast, Wikipedia dan Twitter sebagai sumber informasi dan bentuk komunikasi, selain diharuskan pandai menulis dan mengeja.
Kemudian, anak-anak mesti terbiasa mempelajari peristiwa menurut pemikiran berkronologi dimana anak mesti menyusun periode, peristiwa dan perubahan hasil studi mereka dalam kerangka kronologis, serta memahami perkaitannya.
Tiap murid akan mempelajari dua periode kunci dalam pelajaran Sejarah Inggris --era Victoria dan era Perang Dunia Kedua-- namun sekolah berhak memutuskan salah satu dari dua periode itu mana yang pantas dipelajari siswa.
Kurikulum ini juga memperhatikan aspek perkembangan fisik, kesehatan dan program kesejahteraan yang menurut Rose akan berguna bagi kesehatan, makanan dan kegiatan jasmani anak-anak, serta hubungan mereka dengan keluar dan teman.
Untuk itu, anak-anak akan diajari mengenai tekanan dari teman, bagaimana mengatasi gangguan teman, dan bagaimana mesti berbagi pendapat.
Kurikulum ini mengajarkan enam inti pelajaran, yaitu pemahaman Bahasa Inggris, komunikasi dan bahasa, matematika, sains dan teknologi, kemanusiaan dan lingkungan, kesehatan fisik dan kesejahteraan, dan terakhir seni dan desain.
John Bang, kepala pendidikan pada Persatuan Guru Nasional, menyebut rancangan kurikulum baru ini seperti melompat ke trend terbaru seperti Wikipedia dan Twitter, namun masih mempertahankan pelajaran dalam kurikulum sebelumnya.
"Kemampuan menggunakan komputer dan keyboard menjadi sepenting pelajaran menulis. Buku dan teks tertulis harus bisa diunduh demi menjawab sistem pengajaran berbasis Internet," ujar John.
Sementara Teresa Cremin, Presiden United Kingdom Literacy Association, mengkhawatirkan kurikulum baru ini karena tidak menyebutkan pelajaran drama yang erat kaitannya dengan kemelekan siswa.
"Namun keprihatian utama kami adalah tidak ditekankannya membaca untuk mencipta kegembiraan atau senang membaca," kata Teresa.
Mary Bousted, Sekretaris Jenderal Asosiasi Guru dan Dosen, justru melihat kurikulum ini menawarkan program studi yang lebih masuk akal, disamping membuat guru lebih leluasa berkreasi di kelas.
"Anak-anak perlu dibuat antusias belajar sehingga mereka ingin belajar dan memperoleh keahlian yang akan mereka pelajari di jenang berikutnya," kata Mary. (*)
Sumber: The Guardian (25/3/2009)
Rancangan kurikulum yang bakal menandai perubahan terbesar dalam sistem pendidikan dasar di Inggris dalam satu dekade terakhir ini, menyebutkan ratusan spesifikasi berkaitan dengan pengetahuan alam, kewilayahan dan kesejarahan mesti dikuasai anak sebelum berusia 11 tahun sehingga mereka lebih gampang memahami pelajaran di jenjang berikutnya.
Rancangan kurikulum baru ini tidak hanya meliputi pelajaran yang biasa diajarkan sebelumnya seperti sejarah dan aritmetika, namun juga memasukkan media lebih modern dan keahlian berbasis Internet yang bobotnya sama dengan pendidikan cinta lingkungan.
Rancangan ini diajukan Sir Jim Rose --mantan ketua Ofsted (Office for Standard of Education, semacam Badan Standar Pendidikan Nasional di Indonesia) yang diangkat menteri dengan tugas mengembangkan kurikulum sekolah dasar-- dan akan diumumkan bulan depan.
Yang unik dari rancangan kurikulum ini adalah ketentuan yang menyebutkan murid harus memahami blogging, podcast, Wikipedia dan Twitter sebagai sumber informasi dan bentuk komunikasi, selain diharuskan pandai menulis dan mengeja.
Kemudian, anak-anak mesti terbiasa mempelajari peristiwa menurut pemikiran berkronologi dimana anak mesti menyusun periode, peristiwa dan perubahan hasil studi mereka dalam kerangka kronologis, serta memahami perkaitannya.
Tiap murid akan mempelajari dua periode kunci dalam pelajaran Sejarah Inggris --era Victoria dan era Perang Dunia Kedua-- namun sekolah berhak memutuskan salah satu dari dua periode itu mana yang pantas dipelajari siswa.
Kurikulum ini juga memperhatikan aspek perkembangan fisik, kesehatan dan program kesejahteraan yang menurut Rose akan berguna bagi kesehatan, makanan dan kegiatan jasmani anak-anak, serta hubungan mereka dengan keluar dan teman.
Untuk itu, anak-anak akan diajari mengenai tekanan dari teman, bagaimana mengatasi gangguan teman, dan bagaimana mesti berbagi pendapat.
Kurikulum ini mengajarkan enam inti pelajaran, yaitu pemahaman Bahasa Inggris, komunikasi dan bahasa, matematika, sains dan teknologi, kemanusiaan dan lingkungan, kesehatan fisik dan kesejahteraan, dan terakhir seni dan desain.
John Bang, kepala pendidikan pada Persatuan Guru Nasional, menyebut rancangan kurikulum baru ini seperti melompat ke trend terbaru seperti Wikipedia dan Twitter, namun masih mempertahankan pelajaran dalam kurikulum sebelumnya.
"Kemampuan menggunakan komputer dan keyboard menjadi sepenting pelajaran menulis. Buku dan teks tertulis harus bisa diunduh demi menjawab sistem pengajaran berbasis Internet," ujar John.
Sementara Teresa Cremin, Presiden United Kingdom Literacy Association, mengkhawatirkan kurikulum baru ini karena tidak menyebutkan pelajaran drama yang erat kaitannya dengan kemelekan siswa.
"Namun keprihatian utama kami adalah tidak ditekankannya membaca untuk mencipta kegembiraan atau senang membaca," kata Teresa.
Mary Bousted, Sekretaris Jenderal Asosiasi Guru dan Dosen, justru melihat kurikulum ini menawarkan program studi yang lebih masuk akal, disamping membuat guru lebih leluasa berkreasi di kelas.
"Anak-anak perlu dibuat antusias belajar sehingga mereka ingin belajar dan memperoleh keahlian yang akan mereka pelajari di jenang berikutnya," kata Mary. (*)
Sumber: The Guardian (25/3/2009)