Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Warga dari berbagai daerah turun ke Pantai Seger di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, untuk menangkap cacing laut dalam acara adat Bau Nyale pada Senin dini hari.
Bersama keluarga dan kerabat, warga mulai berdatangan ke Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika menggunakan sepeda motor atau mobil sejak Minggu malam (20/2).
Sebagian dari mereka mendirikan tenda di pinggir pantai dan Bukit Seger untuk bermalam, menunggu cacing laut yang diyakini sebagai jelmaan putri raja dalam legenda Putri Mandalika muncul sekitar pukul 05.00 WITA, sebelum matahari terbit.
Hujan yang disertai petir dan angin tidak membuat mereka mengurungkan niat untuk menunggu nyale, yang muncul setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan Sasak.
Ketika cacing laut mulai muncul, warga berduyun-duyun turun ke laut sambil membawa peralatan berupa sorok, ember, dan lampu senter untuk menangkap cacing laut atau nyale di sepanjang Pantai Seger.
Beberapa pemburu nyale tidak lupa mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto dan berswafoto menggunakan kamera maupun telepon genggam.
"Alhamdulillah nyale ke luar hari ini," kata Ida Wahyuni, warga Praya Barat yang datang ke Pantai Seger bersama keluarga untuk menangkap nyale.
"Tidak banyak, hanya sedikit, sama seperti hari Sabtu kemarin. Ada juga warga yang dapat banyak kalau dia mencari ke tengah laut," kata Hendri, warga Praya Barat lain yang ikut berburu nyale.
Setelah beberapa tahun, tradisi Bau Nyale kembali digelar di Lombok Tengah. Waktu pelaksanaan Bau Nyale ditetapkan dalam musyawarah para tokoh adat dan budaya setempat.
"Puncak Bau Nyale ini ditentukan oleh tokoh budayawan sesuai dengan tanda alam maupun penanggalan Sasak," kata Bupati Lombok Tengah H Lalu Pathul Bahri.
Pemerintah kabupaten berharap pelaksanaan tradisi Suku Sasak tersebut bisa mendukung pemulihan kegiatan usaha di sektor pariwisata daerah, yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Bersama keluarga dan kerabat, warga mulai berdatangan ke Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika menggunakan sepeda motor atau mobil sejak Minggu malam (20/2).
Sebagian dari mereka mendirikan tenda di pinggir pantai dan Bukit Seger untuk bermalam, menunggu cacing laut yang diyakini sebagai jelmaan putri raja dalam legenda Putri Mandalika muncul sekitar pukul 05.00 WITA, sebelum matahari terbit.
Hujan yang disertai petir dan angin tidak membuat mereka mengurungkan niat untuk menunggu nyale, yang muncul setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan Sasak.
Ketika cacing laut mulai muncul, warga berduyun-duyun turun ke laut sambil membawa peralatan berupa sorok, ember, dan lampu senter untuk menangkap cacing laut atau nyale di sepanjang Pantai Seger.
Beberapa pemburu nyale tidak lupa mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto dan berswafoto menggunakan kamera maupun telepon genggam.
"Alhamdulillah nyale ke luar hari ini," kata Ida Wahyuni, warga Praya Barat yang datang ke Pantai Seger bersama keluarga untuk menangkap nyale.
"Tidak banyak, hanya sedikit, sama seperti hari Sabtu kemarin. Ada juga warga yang dapat banyak kalau dia mencari ke tengah laut," kata Hendri, warga Praya Barat lain yang ikut berburu nyale.
Setelah beberapa tahun, tradisi Bau Nyale kembali digelar di Lombok Tengah. Waktu pelaksanaan Bau Nyale ditetapkan dalam musyawarah para tokoh adat dan budaya setempat.
"Puncak Bau Nyale ini ditentukan oleh tokoh budayawan sesuai dengan tanda alam maupun penanggalan Sasak," kata Bupati Lombok Tengah H Lalu Pathul Bahri.
Pemerintah kabupaten berharap pelaksanaan tradisi Suku Sasak tersebut bisa mendukung pemulihan kegiatan usaha di sektor pariwisata daerah, yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19.