Kudus (ANTARA ) - Negara Islam Indonesia Crisis Center menerima 3.000 lebih pengaduan soal NII selama tiga bulan terakhir, kata aktivis NII Crisis Center Ken Setiawan.
"Hanya saja, kami tidak mampu menyelesaikan semua pengaduan tersebut karena keterbatasan tenaga," ujarnya ketika menjadi pembicara pada acara diskusi dan buka bersama di Omah Mode Kudus, di Kudus (25/8).
Ia mengaku, masih membutuhkan banyak relawan untuk berjuang bersama NII Crisis Center dalam membantu merehabilitasi para korban NII maupun menindaklanjuti aduan yang diterima.
Dari ribuan pengaduan tersebut, katanya, didominasi pengaduan dari kalangan mahasiswa dan buruh.
Sedangkan 1.000 laporan di antaranya yang berhasil dikonfirmasi, katanya, dinilai positif masuk NII sekitar 700 orang.
Untuk pengaduan anak hilang karena NII mencapai 107 aduan, katanya, setelah diidentifikasi hanya 70 orang terdiri atas mahasiswa dan buruh.
NII Crisis Center merupakan sebuah lembaga yang didirikan oleh mantan anggota NII bertujuan membantu masyarakat yang menjadi korban penipuan berkedok NII Komandemen Wilayah 9 (KW 9).
Ia memperkirakan, angka laporan tersebut akan bertambah, menyusul banyak laporan yang akhir-akhir ini diterima korban NII mengalami stress dan ada yang gila karena masuk NII.
Mantan anggota NII yang insaf, diduga cukup banyak namun belum berani muncul di depan publik karena dianggap sebagai aib dan ketakutan dengan ancaman yang sering dilancarkan oleh jaringan NII.
"Anggota NII yang keluar, biasanya mendapat ancaman lewat layanan pesan singkat. Tetapi, ancaman tersebut hanya sekadar menakut-nakuti agar kembali bergabung, karena banyak mantan NII yang hingga kini tidak mengalami hal-hal yang merugikan seperti ancaman yang dikirim via sms tersebut," ujarnya.
Ia berharap, mendapat dukungan semua pihak, termasuk mantan NII yang mulai insaf untuk menyebarkan informasi tentang trik-trik yang digunakan jaringan tersebut dalam merekrut anggota baru.
Dengan penyebaran informasi soal NII tersebut, diharapkan masyarakat mudah mengidentifikasi orang-orang yang masuk NII, sehingga bisa mencegahnya agar tidak terlibat hingga jauh.
"Jika tidak ada kepedulian masyarakat, kami khawatir kasus tersebut akan merebak," ujarnya.
Apabila tidak ada penanganan, dikhawatirkan pula akan semakin liar dan berbahaya.
Sasaran jaringan NII, katanya, tidak hanya sebatas mahasiswa dan para buruh yang beragama Islam, bahkan warga nonmuslim juga mulai menjadi target mereka.
Pada kesempatan tersebut, dia menyatakan, kesediaannya membantu masyarakat yang sebelumnya pernah bergabung dengan NII.
"Setiap dibutuhkan, kami siap membantu tanpa mematok tarif. Jika memang ada rezeki akan diusahakan datang sebagai bentuk tanggung jawab moral kami yang sebelumnya juga bergabung di dalam kelompok tersebut," ujarnya menegaskan. (*)