Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menyebut tiga alasan Indonesia tertarik menjadi tuan rumah "Global Platform for Disaster Risk Reduction" (GPDRR) ketujuh Tahun 2022.
"Salah satunya adalah membangun risiko menjadi resiliens membutuhkan responsibility atau tanggung jawab bersama dan tidaknya dari pemerintah, semuanya tentunya juga dari pihak-pihak lain yang juga non-pemerintah," ujar Raditya dalam Konferensi Pers Menuju Pembukaan GPDRR 2022 di Media Center BNDCC Nusa Dua, Bali, Selasa.
Raditya juga menjelaskan Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia mempunyai komitmen menuju pembangunan negara yang resiliens.
"Tentunya ini menjadi salah satu komitmen tidak hanya dari pemerintah pusat. Tapi juga kita melihat bahwa dari pemerintah lokal, semangat untuk membangun resiliensi bangsa ini menjadi salah satu yang terbangun di dalam komunitas kita," kata dia.
Baca juga: GPDRR platform tepat bagi dunia bangun kolaborasi kebencanaan
Alasan lainnya adalah melihat kondisi geografis Indonesia, kondisi situasi iklim, dan salah satu terbentuknya pulau-pulau karena adanya seismisitas, juga bisa berdampak pada kejadian bencana.
Sehingga, katanya, keputusan-keputusan penting juga akan terjadi di GPDRR 2022 dan akan menjadi salah satu kesempatan untuk Indonesia berbagi pengalaman antarnegara, supaya dapat saling memahami dan saling mendukung upaya kerja sama internasional untuk mendukung pengurangan risiko bencana di dunia.
"Selain itu juga bagaimana GPDRR bisa ikut membantu pemulihan ekonomi pascapandemi yang selama ini telah terjadi di dunia selama hampir lebih dari dua tahun ini," ujar Raditya.
Selama kegiatan persiapan atau prepatory day, GPDRR melangsungkan kegiatan persiapan GPDRR 2022, termasuk Forum Multi Pemangku Kepentingan, Konferensi Rekonstruksi Dunia kelima dan Konferensi Peringatan Dini Multi Bencana ketiga.
"Salah satunya adalah membangun risiko menjadi resiliens membutuhkan responsibility atau tanggung jawab bersama dan tidaknya dari pemerintah, semuanya tentunya juga dari pihak-pihak lain yang juga non-pemerintah," ujar Raditya dalam Konferensi Pers Menuju Pembukaan GPDRR 2022 di Media Center BNDCC Nusa Dua, Bali, Selasa.
Raditya juga menjelaskan Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia mempunyai komitmen menuju pembangunan negara yang resiliens.
"Tentunya ini menjadi salah satu komitmen tidak hanya dari pemerintah pusat. Tapi juga kita melihat bahwa dari pemerintah lokal, semangat untuk membangun resiliensi bangsa ini menjadi salah satu yang terbangun di dalam komunitas kita," kata dia.
Baca juga: GPDRR platform tepat bagi dunia bangun kolaborasi kebencanaan
Alasan lainnya adalah melihat kondisi geografis Indonesia, kondisi situasi iklim, dan salah satu terbentuknya pulau-pulau karena adanya seismisitas, juga bisa berdampak pada kejadian bencana.
Sehingga, katanya, keputusan-keputusan penting juga akan terjadi di GPDRR 2022 dan akan menjadi salah satu kesempatan untuk Indonesia berbagi pengalaman antarnegara, supaya dapat saling memahami dan saling mendukung upaya kerja sama internasional untuk mendukung pengurangan risiko bencana di dunia.
"Selain itu juga bagaimana GPDRR bisa ikut membantu pemulihan ekonomi pascapandemi yang selama ini telah terjadi di dunia selama hampir lebih dari dua tahun ini," ujar Raditya.
Selama kegiatan persiapan atau prepatory day, GPDRR melangsungkan kegiatan persiapan GPDRR 2022, termasuk Forum Multi Pemangku Kepentingan, Konferensi Rekonstruksi Dunia kelima dan Konferensi Peringatan Dini Multi Bencana ketiga.