Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI melakukan akselerasi penyempurnaan transformasi digital layanan kesehatan di Indonesia melalui kerja sama dengan Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS).
"Saat ini masih terdapat lebih banyak catatan rekam medis yang tersimpan dalam bentuk kertas dibandingkan digital. Akibatnya, sebagian besar data kesehatan tidak konsisten dan tidak update," kata Chief dari Digital Transformation Office, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Setiaji melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu malam.
Ia mengatakan pandemi COVID-19 memperlihatkan permasalahan sistemik yang harus diperbaiki, di mana peningkatan kapasitas dan resiliensi sistem kesehatan perlu dilakukan.
“Pandemi jadi semacam akselerator buat kami. Kami berharap pandemi ini bisa memberikan langkah-langkah percepatan transformasi kesehatan digital di Indonesia,” katanya.
Baca juga: Kemenkes: Vaksin cacar efektif tangkal cacar monyet
Ia mengatakan Indonesia terus menyempurnakan transformasi sektor layanan kesehatan secara digital, salah satunya dalam bentuk layanan telemedisin yang semakin marak di tanah air.
Pada tahun kedua Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024, Kemenkes berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya menyempurnakan regulasi, teknologi, sumber daya manusia, dan infrastruktur kesehatan sebagai bagian dari transformasi kesehatan digital negara.
Transformasi itu berfokus pada hasil yang berdasarkan solusi-solusi intelijen pemasaran, meliputi penilaian indikator kesehatan digital.
Hasilnya, kata Setiaji, masyarakat Indonesia akan mengakses layanan telemedisin untuk kondisi medis lainnya secara lebih efisien. Ini didukung sistem big data yang lebih ekstensif berdasarkan identitas kesehatan tunggal.
Ia mengatakan selama pandemi masyarakat telah mendapatkan manfaat layanan telemedisin dari selusin platform online. Ini memungkinkan para pasien untuk berkonsultasi dengan dokter dan menerima obat COVID-19 secara gratis.
Baca juga: Kemenkes ingatkan tetap waspada sebelum lepas masker luar ruangan
Ia memastikan layanan telemedisin akan terus memainkan peranan penting di era setelah pandemi, sebab para dokter dan pasien telah merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses dan menerima perawatan kesehatan dengan aman dari lokasi terpencil sekalipun.
Dalam rangka menyempurnakan layanan tersebut, HIMSS selaku organisasi nirlaba global mengadakan HIMSS Indonesian Digital Transformation Symposium di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, hari ini, dengan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari ekosistem kesehatan Indonesia.
Presiden Direktur Indonesia Healthcare Corporation Fathema Djan Rachmat mengatakan saat ini hanya terdapat sekitar 30 orang programmer yang bergabung dalam timnya, dibandingkan dengan kurang lebih enam ribu anggota staf yang mendukung sistem IT Mayo Clinic di Amerika Serikat.
"Hal itu merupakan tantangan besar dalam transformasi digital pelayanan kesehatan. Tanyangan yang paling kita hadapi itu adalah working talent, di mana kita ketemu para dokter yang bisa bekerja bersama-sama dengan IT, dan orang-orang IT yang bisa bekerja dengan orang-orang medis,” katanya.
Sementara itu, perwakilan HIMSS Simon Lin mengatakan organisasinya telah memulai berbagai proyek dengan Indonesia Healthcare Corporation, Siloam Hospitals Group, serta RS Pondok Indah Group untuk mengukur kematangan maupun kapasitas kesehatan mereka secara digital. “Kami bertujuan untuk menemukan cara memanfaatkan percepatan kesehatan digital yang sebagian terjadi akibat pandemi,” ujarnya.
"Saat ini masih terdapat lebih banyak catatan rekam medis yang tersimpan dalam bentuk kertas dibandingkan digital. Akibatnya, sebagian besar data kesehatan tidak konsisten dan tidak update," kata Chief dari Digital Transformation Office, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Setiaji melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu malam.
Ia mengatakan pandemi COVID-19 memperlihatkan permasalahan sistemik yang harus diperbaiki, di mana peningkatan kapasitas dan resiliensi sistem kesehatan perlu dilakukan.
“Pandemi jadi semacam akselerator buat kami. Kami berharap pandemi ini bisa memberikan langkah-langkah percepatan transformasi kesehatan digital di Indonesia,” katanya.
Baca juga: Kemenkes: Vaksin cacar efektif tangkal cacar monyet
Ia mengatakan Indonesia terus menyempurnakan transformasi sektor layanan kesehatan secara digital, salah satunya dalam bentuk layanan telemedisin yang semakin marak di tanah air.
Pada tahun kedua Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024, Kemenkes berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya menyempurnakan regulasi, teknologi, sumber daya manusia, dan infrastruktur kesehatan sebagai bagian dari transformasi kesehatan digital negara.
Transformasi itu berfokus pada hasil yang berdasarkan solusi-solusi intelijen pemasaran, meliputi penilaian indikator kesehatan digital.
Hasilnya, kata Setiaji, masyarakat Indonesia akan mengakses layanan telemedisin untuk kondisi medis lainnya secara lebih efisien. Ini didukung sistem big data yang lebih ekstensif berdasarkan identitas kesehatan tunggal.
Ia mengatakan selama pandemi masyarakat telah mendapatkan manfaat layanan telemedisin dari selusin platform online. Ini memungkinkan para pasien untuk berkonsultasi dengan dokter dan menerima obat COVID-19 secara gratis.
Baca juga: Kemenkes ingatkan tetap waspada sebelum lepas masker luar ruangan
Ia memastikan layanan telemedisin akan terus memainkan peranan penting di era setelah pandemi, sebab para dokter dan pasien telah merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses dan menerima perawatan kesehatan dengan aman dari lokasi terpencil sekalipun.
Dalam rangka menyempurnakan layanan tersebut, HIMSS selaku organisasi nirlaba global mengadakan HIMSS Indonesian Digital Transformation Symposium di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, hari ini, dengan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari ekosistem kesehatan Indonesia.
Presiden Direktur Indonesia Healthcare Corporation Fathema Djan Rachmat mengatakan saat ini hanya terdapat sekitar 30 orang programmer yang bergabung dalam timnya, dibandingkan dengan kurang lebih enam ribu anggota staf yang mendukung sistem IT Mayo Clinic di Amerika Serikat.
"Hal itu merupakan tantangan besar dalam transformasi digital pelayanan kesehatan. Tanyangan yang paling kita hadapi itu adalah working talent, di mana kita ketemu para dokter yang bisa bekerja bersama-sama dengan IT, dan orang-orang IT yang bisa bekerja dengan orang-orang medis,” katanya.
Sementara itu, perwakilan HIMSS Simon Lin mengatakan organisasinya telah memulai berbagai proyek dengan Indonesia Healthcare Corporation, Siloam Hospitals Group, serta RS Pondok Indah Group untuk mengukur kematangan maupun kapasitas kesehatan mereka secara digital. “Kami bertujuan untuk menemukan cara memanfaatkan percepatan kesehatan digital yang sebagian terjadi akibat pandemi,” ujarnya.